Kita tentunya boleh bersikap optimis bahwa Indonesia akan mampu mengelola bonus demografi dengan maksimal lantaran salah satu prasyarat, yaitu peningkatan tabungan, sudah terpenuhi, sebagaimana tampak pada hasil riset yang saya lakukan. Mayoritas teman saya memang sudah mempunyai kesadaran menabung. Hal itu tentunya tak hanya baik untuk kesejahteraan mereka pada masa depan, tetapi juga meningkatkan perekonomian Indonesia.
Namun demikian, menurut hemat saya, menabung saja tidaklah cukup lantaran nilai tabungan bisa tergerus oleh laju inflasi. Para pekerja muda harus mulai “melek” investasi untuk mengimbangi tingkat inflasi. Namun demikian, sewaktu saya bertanya, “Apakah kamu sudah menggunakan instrumen investasi, seperti reksa dana atau saham?” Mayoritas menjawab belum. Namun, mereka telah mempunyai rencana untuk berinvestasi dengan menggunakan instrumen lain, seperti deposito. Jadi, apapun instrumennya, kesadaran untuk berinvestasi sebetulnya sudah mulai bertumbuh di kalangan pekerja muda. Hanya saja, niat untuk berinvestasi sering tertunda lantaran ketidaktahuan dalam memilih instrumen investasi yang tepat dan kabar investasi bodong yang banyak tersiar beberapa waktu lalu.
Kunci kesuksesan dalam menabung adalah soal kemauan. Apabila kemauan itu dapat terus dijaga konsistensinya, berapapun pendapatan yang disisihkan, budaya menabung, terutama di kalangan pekerja muda, akan terbentuk. Budaya itu tentunya tak hanya memberi nilai yang positif bagi diri sendiri, tetapi juga turut membantu negara dalam menyukseskan bonus demografi. Jadi, sejak saat ini, marilah kita membiasakan diri menabung demi kesejahteraan diri sendiri dan negara kelak.
Referensi: “Siapa Mau Bonus? PeluangDemografi Indonesia”, Nursodik Gunarjo dan Wahyu Aji (ed), Kementerian Komunikasi dan Informatika
Facebook: www.facebook.com/adica.wirawan
Twitter : @AdicaWirawan