Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

“Syukurlah Kamu Memilih Menikah pada Usia Ideal”

26 Agustus 2016   08:18 Diperbarui: 11 November 2016   20:21 1079
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menikah Pada Usia Ideal/ twitter.com

Pada tanggal 24 Agustus 2016, iseng-iseng saya menghubungi beberapa murid saya lewat Line. Saya mengontak sekitar sebelas orang, yang terdiri dari enam perempuan dan lima laki-laki. Mereka adalah generasi yang lahir tahun 1997 dan 1998. Oleh sebab itu, sewaktu saya melakukan survei, mereka berusia sekitar 18 dan 19 tahun. Saya memang sedang melakukan riset kecil-kecilan untuk mengungkap pandangan mereka tentang usia ideal untuk menikah.

Saya menyiapkan tiga buah pertanyaan, yaitu (1) pada usia berapa mereka berencana menikah, (2) apa motivasi utama mereka menikah, dan (3) kriteria apa yang mereka pakai untuk memilih calon pasangan hidup. Sewaktu mengajukan pertanyaan-pertanyaan tersebut, saya memperoleh beberapa jawaban yang unik.

Mari kita mulai dengan pertanyaan pertama. Pada saat saya bertanya tentang target usia mereka untuk menikah, murid saya menjawab sebagai berikut. Umumnya siswi saya memberi jawaban umur 23-27 tahun, sementara yang siswa menjawab usia 27-30. Sebagai contoh, siswi saya yang berinisial A, 19 tahun, menuturkan mempunyai rencana menikah pada usia 27 tahun. Sebuah usia yang menurutnya ideal untuk membina rumah tangga. Lantas, saya menyelidiki apakah ia pernah mempunyai niat menikah pada umur 21? Dengan tertawa seolah saya sedang guyon, ia menjawab, “… kalau saya nikah umur 21, kemudaan….”

Respon Pertanyaan
Respon Pertanyaan
Sementara itu, siswa saya yang berinisial J, 18 tahun, memberi jawaban senada. Ia menolak menikah di bawah usia 20 tahun lantaran belum siap secara materi. Lebih lanjut, ia menjelaskan ingin mempunyai tabungan dan rumah terlebih dulu.

Jawaban serupa pun saya temukan pada siswa-siswi lainnya. Mereka umumnya memilih fokus berkuliah, meniti karier, mendapat kemapanan finansial terlebih dahulu, sebelum memutuskan berkeluarga. Saya menilai telah terjadi pergeseran mindset pada anak-anak zaman sekarang. Pola pikir mereka lebih terencana sehingga bisa mempersiapkan diri sebaik mungkin dalam menyambut masa depan yang penuh tantangan.

“Ketika Orangtuamu Dulunya Menikah Usia Dini….”

Hal itu tentunya berbeda sekali dengan paradigma berpikir generasi sebelumnya. Generasi sebelumnya umumnya memutuskan membangun keluarga sejak umur remaja. Kita bisa bertanya kepada opa-oma atau papa-mama kita pada usia berapa mereka menikah. Umumnya mereka akan menjawab umur 16-21 untuk yang perempuan, dan usia 18-25 untuk laki-laki.

Mengapa bisa terjadi perubahan paradigma demikian? Menurut hemat saya, terdapat dua faktor, yaitu pendidikan dan karier. Berbeda dengan generasi sebelumnya, anak-anak zaman sekarang mempunyai akses pendidikan yang luas. Sekolah mereka tak lagi “mentok” sampai SMP-SMA, tetapi bisa terus lanjut sampai jenjang sarjana.

Dalam karier pun terjadi demikian. Sekarang sudah tersedia beragam lapangan pekerjaan baru, terutama sejak terjadi peralihan dari periode industri ke digital. Jenis pekerjaan pun bertambah. Lima belas tahun yang lalu, orang belum mengenal bisnis online. Namun, sekarang kita sudah bisa mengakses beragam situs yang menawarkan sejumlah produk, seperti jual-beli barang, pemesanan tiket, dan pengiriman paket. Semua itu menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan, sekaligus memperketat persaingan. Oleh sebab itu, alih-alih memikirkan persoalan berkeluarga, anak-anak muda zaman sekarang lebih berfokus meniti karier demi memenangkan persaingan tersebut.

“Kamu Menikah Karena…”

Pertanyaan kedua lebih bersifat psikologis. Saya mempertanyakan soal motivasi menikah. Umumnya mereka memberi jawaban yang variatif. Siswa-siswi saya memutuskan menikah lantaran (1) ingin mempunyai keturunan, (2) tidak ingin hidup sendiri, dan (3) mencintai pasangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun