Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cermat Mempersiapkan “Paspor” Kesuksesan Anak

10 Agustus 2016   07:36 Diperbarui: 11 Agustus 2016   09:01 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan penuh kegigihan, Muhammad Saleh, seorang supir bis malam, sukses mendirikan sebuah sekolah gratis di Bima, Nusa Tenggara Barat.

Lelaki berambut hitam gonderong itu membangun sekolah bernama Madrasyah Ibtibandiyah Swasta Darul Ulum di lahan warisan orangtuanya pada tahun 2009. Sekolah yang berdinding kayu dan beratap rumbaian daun itu pada awalnya melayani 15 siswa, dan memperkerjakan 9 guru.

Dengan menyisihkan pendapatannya, Muhammad Saleh menyokong kegiatan operasional sekolah, seperti menyediakan seragam, membeli buku pelajaran, dan menggaji guru. Kini jumlah guru dan siswa di sekolah itu terus bertambah.

Saya bertanya-tanya, “Apa ya yang menyebabkan lelaki lulusan SMA itu termotivasi mendirikan sekolah?”

Semua motivasi itu ternyata muncul atas keprihatinannya terhadap lingkungan. Ia mengamati bahwa kampungnya sangat minim fasilitas pendidikan. “Minim” bisa bermakna bangunan sekolah di kampung tersebut jumlahnya sedikit atau bahkan nihil.

Selain itu, andaikan tersedia bangunan sekolah, belum tentu masyarakat “sanggup” menyekolahkan anak-anaknya, lantaran keterbatasan ekonomi.

Alih-alih menyediakan anggaran untuk membayar SPP atau membeli perlengkapan sekolah, seperti seragam, buku, dan sepatu, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja, masyarakat setempat masih merasa belum cukup. Oleh sebab itu, pendidikan berada pada urutan kesekian dalam daftar prioritas keluarga.

Nah, untuk mengatasi persoalan itu, Muhammad Saleh membangun sekolah, yang bisa melayani kebutuhan pendidikan masyarakat.

Angka Putus Sekolah

Selain meningkatkan pendidikan masyarakat, upaya yang dilakukan Muhammad Saleh sebetulnya juga membantu pemerintah dalam mengurangi angka putus sekolah. Sejauh ini di kota dan desa masih terdapat banyak anak yang mengalami putus sekolah.

Sebagai contoh, di Provinsi DKI Jakarta saja, kasus anak putus sekolah masih terjadi. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, pada tahun 2014, tercatat bahwa terdapat 197 kasus putus sekolah di tingkat SD, 431 di tingkat SMP, dan 1.332 di tingkat SMA/SMK (Sumber disdik.jakarta.go.id, diakses pada tanggal 4 Agustus 2016).

Itu baru di DKI Jakarta, belum di daerah-daerah lainnya. Apabila hal itu terus terjadi pada masa depan, sumber daya manusia yang dihasilkan akan rendah kualitasnya.

Kekuatan Anak Bangsa

Saya setuju dengan ungkapan “Generasi penerus adalah aset bangsa.” Sebagai sebuah aset, tentunya generasi tersebut harus dijaga, dirawat, dan dipelihara sebaik mungkin. Dengan demikian, generasi tersebut dapat berdaya saing dengan bangsa-bangsa lain.

Untuk mewujudkan hal itu, mutu pendidikan di Indonesia tentunya harus ditingkatkan. Walaupun sudah berganti kurikulum dan menteri pendidikan, sayangnya kita masih harus bekerja keras untuk mengatasi “ketertinggalan” dari bangsa lain. Selain itu, kita juga bisa belajar dari bangsa-bangsa lain yang sudah lebih dahulu “maju” berkat pendidikan yang tepat.

Mari ambil contoh bangsa Jepang. Saya memang belum pernah pergi ke Jepang, tetapi saya selalu tertarik dengan pendidikan di Negeri Sakura itu. Saya sering merasa penasaran dengan pertanyaan, “Bagaimana ya sebuah bangsa yang kalah perang pada tahun 1945 dapat bangkit dan berkembang pesat dalam bidang teknologi, budaya, dan pendidikan, hanya dalam waktu beberapa puluh tahun saja?”

Saya membaca sebuah novel klasik berjudul Dua Belas Pasang Mata, karya Sakae Tsuboi. Novel itu menceritakan kisah perjuangan seorang ibu guru muda bernama Miss Oishi, yang mengajar di sebuah sekolah terpencil. Sekolah yang terletak di desa nelayan itu hanya melayani 12 orang siswa, dan ia menjadi satu dari dua guru yang mengajar di situ.

Novel Dua Belas Pasang Mata (Dokumentasi Pribadi)
Novel Dua Belas Pasang Mata (Dokumentasi Pribadi)
Novel yang berlatar waktu tahun 1930-an itu menuturkan haru-biru yang dialami Miss Oishi selama mengajar. Sebagai contoh, untuk mencapai sekolah, ia harus bersepeda sejauh 8 km. Belum lagi ia harus mengatur kedua belas muridnya yang nakalnya minta ampun. Sampai, ia harus berjuang melewati amukan perang dunia, yang memorak-porandakan Jepang dalam segala aspek.

Biarpun hanya sebuah karya fiksi, novel itu tetap mencerminkan kondisi pendidikan Jepang sebelum dan sesudah perang dunia. Novel yang mirip dengan “Laskar Pelangi” itu mengungkapkan bahwa sumber daya manusia yang berkualitas hanya bisa dibangun dengan pendidikan.

Dari novel itu juga akhirnya saya mendapat jawaban bahwa bangsa Jepang bisa pulih dengan cepat pascakalah perang karena kegigihan guru-gurunya dalam mengajar dan tekad kuat murid-muridnya.

Oleh karena itu, dengan meniru bangsa Jepang, semangat untuk meningkatkan pendidikan harus dipelihara, seperti kata Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Bapak Anies Baswedan: “Dinding sekolah boleh reyot dan rapuh, tetapi semangat guru, siswa, dan orangtua tegak kokoh.”

Dengan memperoleh fasilitas pendidikan terbaik, anak-anak bangsa akan mempunyai kekuatan dalam menghadapi tantangan global.

Permasalahan Sumber Pendanaan Pendidikan

Namun demikian, salah satu tantangan untuk “mencetak” anak bangsa yang berkualitas adalah persoalan sumber pendanaan pendidikan. PP No 48 tahun 2008 menyebut bahwa pendanaan pendidikan bersumber dari (1) pemerintah pusat, (2) pemerintah daerah, (3) peserta didik, dan (4) pihak lainnya.

Berdasarkan pengamatan saya, pemerintah, baik pusat maupun daerah, sudah menyediakan pendanaan berupa program beasiswa, BOS, dan Kartu Indonesia Pintar (KIP). Sejumlah yayasan, seperti Yayasan Buddha Tzu Chi, pun sudah memberikan beasiswa bagi siapapun.

Namun, dana tersebut tampaknya tidak menutupi semua kebutuhan peserta didik. Oleh sebab itu, peserta didik tetap harus menggunakan sumber dayanya sendiri untuk menutupi semua kekurangan dana yang ada.

Nah, untuk menyiasati masalah itu, setiap keluarga harus menyiapkan anggaran untuk pendidikan anak sedini mungkin. Caranya pun beragam, seperti mulai menabung, mencari pendapatan tambahan, atau memakai jasa asuransi pendidikan.

Khusus yang terakhir disebut, asuransi pendidikan kini dapat digunakan sebagai alternatif pembiayaan sekolah anak. Dengan menggunakan jasa asuransi pendidikan, kita bisa memberi anak sebuah jaminan kualitas pendidikan untuk masa depannya.

AJB Bumiputera 1912

Sekarang sudah banyak produk asuransi pendidikan yang ditawarkan. Salah satunya adalah produk asuransi pendidikan dari AJB Bumiputera 1912. AJB Bumiputera 1912 adalah perusahaan asuransi yang sudah berpengalaman lebih dari seratus tahun.

AJB Bumiputera 1912 awalnya didirikan atas inisiatif Ngabehi Dwidjosewojo Mas, seorang sekretaris organisasi pemuda Boedi Oetomo. Ia terinspirasi membangun perusahaan asuransi tersebut lantaran merasa prihatin atas taraf hidup para guru pada masa Kolonial Hindia Belanda. Ia merasa bahwa kehidupan para guru dapat ditingkatkan dengan memberi akses asuransi.

www.erudisi.com
www.erudisi.com
Oleh sebab itu, bersama kedua rekannya, yaitu Mas Hadi Karto Subroto dan Mas Adimidjojo, pada tahun 1912, ia meresmikan perusahaan AJB Bumiputera 1912. Sejak saat itu, perusahaan tersebut terus bertumbuh melayani kebutuhan masyarakat dalam hal pertanggungan kesehatan, keselamatan jiwa, dan pendidikan.

Kiprah AJB Bumiputera 1912

Sebagai sebuah perusahaan asuransi yang “bernapaskan” pendidikan, AJB Bumiputera 1912 mendukung penyediaan akses pendidikan untuk masyarakat. Sebagai contoh, AJB Bumiputera 1912 menjalin kerja sama dengan Yayasan Damandiri untuk mendukung program pendidikan Universitas Tamansiswa. Selain menyediakan beasiswa, AJB Bumiputera 1912 juga menyokong para dosen di universitas itu untuk melanjutkan studi sampai program doktoral.

Dalam bidang penelitian, AJB Bumiputera 1912 juga bekerja sama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk menyelenggarakan program seperti (1) Lomba Kreativitas Ilmiah Guru (LKIG), (2) Pemilihan Peneliti Remaja Indonesia (PPRI) untuk kalangan mahasiswa, dan (3) Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) untuk siswa SMA.

Itulah beberapa kiprah AJB Bumiputera 1912 dalam melayani masyarakat luas. Sebagai perusahaan asuransi yang sudah berpengalaman lebih dari satu abad, AJB Bumiputera 1912 dapat menjadi pilihan yang tepat untuk pembiayaan pendidikan bagi keluarga Indonesia.

Laman Situs www.bumiputera.com
Laman Situs www.bumiputera.com
Khusus untuk pendidikan, AJB Bumiputera 1912 menawarkan tiga produk, yaitu Mitra Beasiswa, Mitra Cerdas, dan Mitra Iqra Plus. Berikut adalah penjelasan ketiga produk tersebut.

Mitra Beasiswa

Seperti namanya, Mitra Beasiswa menjadi sahabat orangtua yang berfungsi memastikan peserta asuransi memperoleh dana untuk melanjutkan setiap jenjang pendidikan yang dipilihnya. Uniknya, walaupun tertanggung (pembayar premi asuransi) meninggal dunia, biaya pendidikan anak tetap dibayarkan sesuai dengan kesepakatan.

Laman Mitra Beasiswa pada Situs www.bumiputera.com
Laman Mitra Beasiswa pada Situs www.bumiputera.com
Berikut adalah beberapa manfaat lain yang bisa diperoleh dari produk Mitra Beasiswa.
  • Dana Kelangsungan Belajar (DKB) yang dibayarkan secara bertahap sesuai usia anak, baik tertanggung masih hidup atau meninggal dunia.
  • Dana Beasiswa Anak, dibayarkan pada saat periode asuransi berakhir, baik Tertanggung masih hidup atau meninggal dunia.
  • Santunan meninggal dunia sebesar 100% dari Uang Pertanggungan.
  • Bebas premi bagi polis jika Tertanggung meninggal dunia. (Selengkapnya silakan kunjungi situs AJB Bumiputera 1912: http://www.bumiputera.com/products).

Mitra Cerdas

Berbeda dengan Mitra Beasiswa, Mitra Cerdas berbentuk tabungan dan investasi. Oleh sebab itu, dengan memilih produk tersebut, kita bisa menyimpan dan mengembangkan uang kita untuk keperluan pendidikan anak kelak.

Laman Mitra Cerdas pada Situs www.bumiputera.com
Laman Mitra Cerdas pada Situs www.bumiputera.com
Produk tersebut tentunya sangat pas untuk mengimbangi laju inflasi pada sektor pendidikan yang cenderung berada di atas inflasi barang-barang kebutuhan pokok.

Sekadar informasi, di Provinsi DKI Jakarta saja inflasi di bidang pendidikan berada pada angka 4.1 persen, dan cenderung mengalami kenaikan pada tahun-tahun berikutnya (Sumber Berita Resmi Statistik BPS Provinsi DKI Jakarta No. 01/01/31/Th.XVIII, 4 Januari 2016). Artinya biaya pendidikan akan terus meningkat ke depannya.

Mitra Cerdas menawarkan beberapa manfaat di antaranya sebagai berikut.

  • Dana Kelangsungan Belajar (DKB) yang dibayarkan secara bertahap sesuai dengan tingkat usia anak-anak, baik Tertanggung hidup atau meninggal dunia.
  • Jaminan perolehan hasil investasi sebesar 4,5% per tahun dari akumulasi premi tabungan.
  • Tambahan hasil investasi jika dana investasi yang diperoleh AJB Bumiputera 1912 melebihi hasil investasi yang dijamin pada poin 2.
  • Santunan kematian 100% dari Uang Pertanggungan. (Selanjutnya silakan lihat situs AJB Bumiputera 1912: http://www.bumiputera.com/products).

Kemudian, untuk pembiayaan pendidikan dan proteksi kesehatan anak, kita dapat memakai produk Mitra Iqra Plus.

Mitra Iqra Plus

Mitra Iqra Plus adalah sebuah produk asuransi pendidikan yang berbasis pada syariah. Produk tersebut mirip dengan tabungan, yang proses penyimpanannya dilakukan secara teratur. Produk itu tentunya tepat untuk Anda yang berniat memanfaatkan layanan berbasis syariah (Selanjutnya silakan lihat situs AJB Bumiputera 1912: http://www.bumiputera.com/products).

Laman Mitra Iqra Plus
Laman Mitra Iqra Plus
Rencana Pendidikan

Supaya sukses menyekolahkan anak, sebagai orangtua, kita tentu harus membuat rencana jangka panjang. Kita dapat memulai rencana itu dengan memilih produk asuransi pendidikan.

Sebagai perusahaan asuransi yang sudah “banyak makan asam garam” dalam pembiayaan pendidikan, produk asuransi yang ditawarkan oleh AJB Bumiputera 1912, seperti Mitra Beasiswa, Mitra Cerdas, dan Mitra Iqra Plus, tentu layak mendapat pertimbangkan. Dengan memanfaatkan ketiga produk tersebut, anak akan terjamin pembiayaan pendidikannya.

Sebagai penutup, izinkanlah saya mengutip kata-kata Malcom X, yang bunyinya sebagai berikut. “Education is our passport to the future, for tomorrow belongs to the people who prepare for it today.” Dengan mendapat pendidikan yang berkualitas, semoga anak-anak bangsa mempunyai kekuatan untuk memajukan bangsa dan negara.

Facebook: www.facebook.com/adica.wirawan

Twitter : @AdicaWirawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun