Kemudian mood juga menyerupai virus. Dalam buku Psikologi, Carole Wade dan Carol Tavris menjelaskan bahwa mood seseorang bisa menular memengaruhi orang lain. Dengan mengutip sejumlah hasil penelitian, mereka sampai pada kesimpulan bahwa mood seseorang mampu ditransmisikan ke diri orang lain, sehingga orang lain pun ikut merasakan mood yang sama.
Sebagai contoh, saya ingat pernah menghadiri sebuah acara wisuda teman saya sekitar lima tahun lalu. Awalnya saya datang dengan suasana hati yang biasa-biasa saja. Namun, semua perasaan tersebut berubah setelah saya melihat para wisudawan yang hadir. Mereka semua tampak bahagia. Mereka tersenyum sewaktu berfoto bersama teman-temannya, berjabat tangan satu sama lainnya, dan saling berbalas ucapan selamat.
Suasana hati saya pun ikut merasa euforia kegembiraan tersebut. Saya tidak mengetahui penyebab perubahan suasana hati tersebut, tetapi saya menyadari satu hal bahwa kegembiraan banyak orang dapat menciptakan atmosfer positif terhadap lingkungannya. Seperti itulah proses penyebaran mood seseorang terhadap orang lain.
Mengantar Anak dengan Gembira
Oleh sebab itu, untuk memompa mood, sebetulnya kita hanya harus berinteraksi dengan orang yang moodnya sedang baik. Prinsip yang sama pun berlaku untuk meningkatkan mood siswa bersekolah.
Misalnya, pada tahun ajaran baru seperti sekarang ini, adalah penting orangtua mengantar anaknya ke sekolah. Kehadiran orangtua di sekolah akan memberi anak perasaan nyaman sehingga anak lebih cepat beradaptasi dengan lingkungan barunya (lebih lanjut silakan baca artikel berjudul Fobia Sekolah).
Apalagi kalau orangtua menunjukkan suasana hati yang gembira alias mood bagus, anak pasti akan mempunyai persepsi yang baik terhadap sekolah. Akibatnya, anak akan merasa betah berada di sekolah karena moodnya pun terkondisikan bagus.
Kemudian, dengan kegiatan yang interaktif, seperti menggambar, menyanyikan lagu, atau memainkan sebuah game, anak akan mendapat pengalaman yang menyenangkan. Kesenangan tersebut akan membekas di dalam ingatannya, dan akan mengubah penilaiannya terhadap sekolah.
Semua itu dapat mendongkrak mood anak bersekolah. Jadi, saat mood anak untuk bersekolah sedang turun, kita perlu membantunya menemukan kegembiraan saat belajar di kelas. Dengan demikian, mood anak akan terbangun sehingga ia lebih bersemangat menjalani kegiatannya di sekolah.
(Kalau Anda tertarik, silakan baca artikel saya lainnya, yaitu Takut Menikah Muda dan Mengenalkan Perbedaan Gender di Museum Tubuh)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H