Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Takut Menikah Muda?

13 Juli 2016   10:08 Diperbarui: 18 Juli 2016   09:20 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernikahan dini seperti itu tentunya mempunyai sisi positif dan sisi negatif. Namun demikian, sisi negatifnya cenderung lebih banyak daripada sisi positifnya. Salah satunya adalah kesehatan organ reproduksi wanita. Saat tubuh seorang wanita belum siap mengandung dan melahirkan seorang bayi, tentunya hal itu menimbulkan permasalahan (selengkapnya, silakan baca tulisan saya yang berjudul Empati dalam Edukasi Seks di Sekolah).

Berdasarkan data dari kementerian kesehatan, tercatat bahwa angka kematian ibu saat proses melahirkan masih tergolong tinggi. Pada tahun 2012 saja angka kematian tersebut mencapai 259 per 100.000 kelahiran hidup (http://depkes.go.id, diakses pada 2 Juli 2016). Angka tersebut sebetulnya turun dari tahun sebelumnya, tetapi tidak terlalu signifikan. Penyebab kematian tersebut pun beragam. Namun, penyebab utamanya adalah pendarahan yang terjadi pada proses persalinan.

Kemudian, berdasarkan demografi penduduknya, angka kematian lebih banyak terjadi pada ibu-ibu muda yang tinggal di pinggir kota atau desa. Menurut data Unicef Indonesia tahun 2012, semua itu terjadi salah satunya lantaran ibu-ibu yang tinggal di pinggir kota atau desa kurang mendapat edukasi dalam merawat kesehatannya selama kehamilan dan persalinan (http://unicef.or.id, diakses pada 2 Juli 2016).

Berdasarkan data tersebut, penikahan pada usia dini tentunya bukan pilihan yang bijaksana. Pernikahan tersebut berpotensi mengganggu sistem reproduksi terutama pihak wanita. Pernikahan tersebut pun dapat pula menjadi faktor yang menyebabkan terjadinya kematian pada ibu, yang jumlahnya masih banyak di Indonesia.

Belum lagi, persoalan lain yang akan muncul adalah belum matangnya emosi seseorang dalam menjalani pernikahan. Seseorang yang menikah pada usia dini cenderung belum stabil secara emosional. Oleh sebab itu, besar kemungkinan terjadi pertengkaran yang dapat memicu perceraian dalam pernikahan.

Semua itu terjadi karena setiap pasangan tidak dibekali keterampilan dalam mengelola emosi. Pasangan tersebut tidak diberi penjelasan tentang cara mengendalikan, mengatur, dan melepas emosi secara tepat demi menjaga keutuhan rumah tangga.

Kemudian, pasangan itu pun sama sekali tidak diberi wawasan tentang pengasuhan anak yang baik. Dalam merawat dan mendidik anak, mereka hanya meniru pola asuh yang pernah diterapkan oleh orangtua mereka dahulu. Padahal, belum tentu cara pengasuhan tersebut tepat.

www.parenting.com
www.parenting.com
Menikah adalah pilihan masing-masing orang. Setiap orang bebas menentukan pasangan hidupnya sendiri-sendiri. Namun, sebelum melangsungkan pernikahan, setiap orang harus mempertimbangkan setiap aspek dengan bijaksana, seperti kesiapan fisik dan kematangan emosional.

Supaya dapat membuat putusan pernikahan yang tepat, alangkah baiknya kalau kita berdiskusi dengan orangtua terlebih dulu. Orangtua akan memberi saran berdasarkan pengalaman yang sudah mereka dapat dalam menjalani pernikahan.

Selain itu, saran dari dunia medis pun perlu dipertimbangkan. Sebelum menikah, sebaiknya kita memeriksakan kebugaran tubuh masing-masing. Pastikan bahwa kita sehat secara fisik sehingga dapat menjalani kehidupan berumah tangga tanpa terganggu oleh pelbagai potensi penyakit jasmani yang mungkin muncul kemudian hari.

Juga, saran dari beberapa psikolog perlu mendapat perhatian. Kalau merasa sungkan datang ke psikolog, kita dapat membaca buku atau artikel tentang panduan pernikahan. Sekarang sudah banyak buku atau artikel yang memuat tips-tips menjalani pernikahan. Hanya saja, kita perlu memilih saran tersebut secara bijaksana, karena tidak semua saran tersebut cocok untuk kita jalani.

Pernikahan, kalau dijalani dengan bijaksana, bisa membawa banyak berkah. Kita akan mendapat rasa aman, peduli, dan cinta berkat pernikahan yang dikelola dengan baik. Jadi, bagi yang masih lajang, kalau masih ada yang bertanya, “Kapan nikah?”, kita dapat menjawab, “Saat fisik dan mental sudah siap!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun