Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Malu Meminta Maaf

4 Juli 2016   09:24 Diperbarui: 11 Oktober 2016   09:04 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak terasa beberapa hari lagi kita semua akan menyambut Hari Raya Idul Fitri. Hari Raya Idul Fitri adalah sebuah momen yang tepat untuk bersilaturahmi kepada saudara, tetangga, dan sahabat. Pada Hari Raya Idul Fitri, kita menyambung kembali tali persaudaraan dengan orang lain.

Biarpun Hari Raya Idul Fitri biasanya disambut dengan penuh sukacita, bagi sebagian dari kita, momen tersebut menimbulkan rasa was-was, terutama kalau kita bertemu dengan orang yang pernah kita sakiti hatinya. Hal itu tentunya menimbulkan perasaan malu lantaran kita belum menyampaikan ucapan maaf kepada orang tersebut.

Kita mengetahui bahwa minta maaf itu adalah perbuatan mulia. Sejak kecil, kita sudah diajarkan supaya cepat-cepat minta maaf kalau berbuat salah. Namun, tidak semua orang mempunyai cukup nyali mengucapkan maaf kepada orang lain.

Walaupun mengetahui kesalahan kita sendiri, terasa ada sebuah halangan kuat yang membuat kita tidak jadi meminta maaf. Pernahkah anda berniat meminta maaf kepada seseorang, tetapi kemudian dibatalkan lantaran suara ego di batin anda terlalu kuat? Juga pernahkah anda menghapus semua kalimat maaf yang sudah anda susun sedemikian rupa dalam text sms anda, hanya karena anda terasa berat mengirimnya segera?

Terdapat beragam alasan seseorang membatalkan niatnya untuk menyampaikan permohonan maaf. Sebagian besar berasal pada ego yang kita miliki. Kita merasa paling benar, dan orang lainlah yang salah. Ego itulah yang menghalangi niat kita untuk memohon maaf.

Bagaimana cara menyampaikan permintaan maaf?

Namun demikian, kita dapat mengatasi ego tersebut, sehingga kita lebih mudah meminta maaf kepada seseorang. Nah, untuk itu, sebelum kita menyampaikan permintaan maaf, kita harus memeriksa hati kita terlebih dahulu. Kita harus mengamati apakah kita minta maaf secara tulus atau hanya sekadar formalitas. Kita harus mengecek kebulatan tekad kita, harus memastikan bahwa niat kita untuk minta maaf berasal dari lubuk hati yang paling dalam. Jadi, jangan sampai orang beranggapan bahwa kata-kata maaf yang kita sampaikan hanya di bibir saja, dan bukannya di hati.

Setelah itu, baru kita mengungkapkan niat kita tersebut dengan beragam cara. Setidaknya terdapat tiga cara menyampaikan maaf. Pertama, kita mungkin merasa jengah bertemu secara langsung untuk meminta maaf. Kita merasa risi. Maka, kita dapat menyampaikan permohonan maaf tersebut lewat pesan tertulis. Kita bisa mengetik sms. Kita bisa kirim chat. Kita bisa lewat email. Bahkan, yang paling kuno, dengan surat. Sebagian orang merasa lebih nyaman menyampaikan permintaan maafnya lewat tulisan.

www.successtaxrelief.com
www.successtaxrelief.com
Namun demikian, cara tersebut memiliki kelemahan: kita tidak mengetahui respon orang yang membaca tulisan tersebut. Kita tidak bisa memastikan orang tersebut memaafkan kesalahan kita karena kita tidak melihat secara langsung. Cara tersebut hanya cocok sebagai permulaan. Jadi, begitu komunikasi sudah mulai terjalin kembali, baru kita bertemu langsung untuk mengungkapkan permintaan maaf secara tulus.

Kedua, kita dapat menunggu momen yang tepat untuk menyampaikan permintaan maaf, seperti hari raya keagamaan. Hari raya keagamaan, seperti idul fitri yang akan datang beberapa hari lagi, menjadi sebuah kesempatan baik untuk mengungkapkan penyesalan atas kesalahan yang sudah diperbuat. Pada hari raya tersebut, hati seseorang cenderung lebih lunak karena diliputi oleh sukacita. Oleh sebab itu, orang cenderung lebih membuka pintu maaf atas kesalahan orang lain.

www.pmnupdates.com
www.pmnupdates.com
Momen lainnya adalah perpisahan. Saat kita meninggalkan bangku sekolah, pada acara perpisahan, kita berkesempatan menyampaikan permohonan maaf kepada teman dan guru. Ketika akan pindah pekerjaan, pada hari perpisahan, kita pun dapat meminta maaf kepada rekan kerja dan atasan. Sewaktu bakal menetap di daerah lain, sebelum pergi, kita pun dapat minta maaf kepada para tetangga. Semua itu adalah waktu yang tepat untuk meminta maaf.

Namun demikian, tetap saja cara tersebut mempunyai kelemahan, yaitu waktu yang diperlukan untuk menyampaikan permintaan maaf cenderung terlalu lama. Niat baik kita cenderung berkurang intensitasnya selama menunggu tibanya hari tersebut. Bahkan, bisa saja kita melupakan niatan tersebut karena menanti terlampau lama. Jadi, sebetulnya, semakin cepat kita meminta maaf, semakin baik.

Ketiga, kita bisa meminta maaf dengan terlebih dahulu memberi hadiah. Pemberian adalah tanda persahabatan. Dengan pemberian yang intensif, hati seseorang menjadi lunak. Kita lebih mudah menjalin komunikasi dengan seseorang lewat pemberian. Kita dapat membangun kembali hubungan yang telah lama renggang dengan memberi. Dengan demikian kita lebih mudah menyampaikan permohonan maaf kita, dan orang lain pun akan menerimanya dengan senang hati.

www.livinglanguage.com
www.livinglanguage.com
Namun, berhasil-tidaknya cara tersebut bergantung pada tingkat kebencian seseorang terhadap kita. Kalau tingkatnya rendah, pemberian akan membuat hati seseorang tersebut menjadi lebih terbuka, asalkan kita memberi dengan tulus. Namun, kalau sudah dendam kesumat, segunung emas yang kita berikan pun akan tetap ditolak.

Biarpun begitu, masih ada cara lain. Kita dapat memberi kepada orang-orang terdekatnya. Bisa orangtuanya. Bisa anaknya. Bisa pula sahabatnya. Mereka semua akan membuka jalan bagi anda untuk menyampaikan maaf kepada orang tersebut.

Apakah berat atau ringan, setiap orang tentunya pernah membikin kesalahan. Itu adalah sesuatu yang manusiawi. Yang terpenting dari semua itu adalah bukan sikap saling menyalahkan, melainkan saling introspeksi diri. Semoga hidup kita lebih berkat karena bersedia meminta maaf dan membuka pintu maaf bagi orang lain.

Sebagai penutup, marilah kita merenungkan pentingnya minta maaf lewat tayangan video berikut ini.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun