Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Malu Meminta Maaf

4 Juli 2016   09:24 Diperbarui: 11 Oktober 2016   09:04 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.successtaxrelief.com

Namun demikian, tetap saja cara tersebut mempunyai kelemahan, yaitu waktu yang diperlukan untuk menyampaikan permintaan maaf cenderung terlalu lama. Niat baik kita cenderung berkurang intensitasnya selama menunggu tibanya hari tersebut. Bahkan, bisa saja kita melupakan niatan tersebut karena menanti terlampau lama. Jadi, sebetulnya, semakin cepat kita meminta maaf, semakin baik.

Ketiga, kita bisa meminta maaf dengan terlebih dahulu memberi hadiah. Pemberian adalah tanda persahabatan. Dengan pemberian yang intensif, hati seseorang menjadi lunak. Kita lebih mudah menjalin komunikasi dengan seseorang lewat pemberian. Kita dapat membangun kembali hubungan yang telah lama renggang dengan memberi. Dengan demikian kita lebih mudah menyampaikan permohonan maaf kita, dan orang lain pun akan menerimanya dengan senang hati.

www.livinglanguage.com
www.livinglanguage.com
Namun, berhasil-tidaknya cara tersebut bergantung pada tingkat kebencian seseorang terhadap kita. Kalau tingkatnya rendah, pemberian akan membuat hati seseorang tersebut menjadi lebih terbuka, asalkan kita memberi dengan tulus. Namun, kalau sudah dendam kesumat, segunung emas yang kita berikan pun akan tetap ditolak.

Biarpun begitu, masih ada cara lain. Kita dapat memberi kepada orang-orang terdekatnya. Bisa orangtuanya. Bisa anaknya. Bisa pula sahabatnya. Mereka semua akan membuka jalan bagi anda untuk menyampaikan maaf kepada orang tersebut.

Apakah berat atau ringan, setiap orang tentunya pernah membikin kesalahan. Itu adalah sesuatu yang manusiawi. Yang terpenting dari semua itu adalah bukan sikap saling menyalahkan, melainkan saling introspeksi diri. Semoga hidup kita lebih berkat karena bersedia meminta maaf dan membuka pintu maaf bagi orang lain.

Sebagai penutup, marilah kita merenungkan pentingnya minta maaf lewat tayangan video berikut ini.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun