[caption caption="Teknik Vertikultur"][/caption]Sejak beberapa bulan lalu saya mempunyai hobi baru, yaitu berkebun. Bagi saya, berkebun itu adalah kegiatan yang positif, edukatif, dan produktif.
Namun, kegiatan berkebun yang saya lakukan bukannya tanpa hambatan. Sejauh ini, satu hambatan yang saya temui adalah keterbatasan lahan.
Maklum saja saya tinggal di perkotaan, yang memang sudah minim lahan untuk berkebun. Lahan-lahan yang dulunya digunakan untuk sawah atau kebun kini sudah beralih menjadi perumahan dan pertokoan.
Oleh sebab itu, saya mencari cara untuk tetap berkebun di lahan yang semakin terbatas, dan kemudian saya menemukan sebuah teknik berkebun secara vertikultur.
Perkenalan saya dengan teknik vertikultur itu sebetulnya terjadi tanpa sengaja. Saya sedang mencari informasi di internet dan melihat sebuah tayangan di Youtube yang menampilkan proses pembuatan vertikultur.
Saya merasa tergugah oleh tayangan itu karena itu menawarkan solusi atas persoalan yang sedang saya hadapi. Akhirnya saya memutuskan meniru proses pembuatan vertikultur tersebut.
Untuk membuat vertikultur, saya menggunakan pipa paralon berdiameter 3 inci sepanjang 4 meter. Pipa paralon semacam itu bisa dibeli di toko bahan bangunan dengan kisaran harga 50.000 rupiah.
[caption caption="Pipa Paralon yang Sudah Dipotong Sepanjang 1 Meter"]
Kemudian, saya memotongnya menjadi 4 bagian. Satu bagian panjangnya 1 meter. Pada masing-masing bagian, saya membuat lubang tanam sebanyak 15 buah dengan jarak antarlubang 10 cm. Oleh sebab itu, secara keseluruhan, saya membikin 60 lubang tanam.
[caption caption="Pipa yang Sudah Dilubangi sebagai Tempat Menanam"]
Saya meletakkan pipa-pipa itu di halaman depan rumah saya. Saya mengganjal pipa-pipa itu dengan batu split pada bagian dasarnya agar dapat tegak berdiri.