[caption caption="Pipa Paralon Disusun Berjajar di Halaman Rumah"]
Kemudian, saya menyiapkan media tanam berupa sekam yang sudah dicampur tanah dan kompos dengan perbandingan 1:1:1.
Saya memasukkan media tanam itu pada lubang bagian atas. Setelah pipa terisi penuh oleh media tanam, saya menyiapkan bibit sayuran berumur 2 minggu. Bibit sayuran itu berupa caisim, pakcoi, bayam hijau, dan selada. Saya memindahkan tanaman remaja itu ke lubang pipa.
[caption caption="Bibit Sayuran yang Berumur 2 Minggu Dipindahkan ke Lubang Pipa"]
Setelah selesai, saya menyiram tanam itu dengan air lewat lubang atas pipa. Karena susunan pipa itu selaras dengan gravitasi, air tersebut merembes membasahi setiap lubang dari atas ke bawah. Oleh sebab itu, penyiraman lebih praktis dan hemat air.
Perawatannya pun mudah. Saya melakukan penyiraman pagi dan sore hari. Setiap dua kali sehari saya memutar pipa agar semua sisi tanaman memperoleh sinar matahari yang cukup. Kemudian, setiap minggu saya menambahkan pupuk kompos untuk menyuburkan sayuran.
Setelah berusia sekitar 40 hari, saya memanen sayuran secara bergiliran. Saya tidak mencabut sayuran pada saat penen, tetapi memotong batang atau daunnya sehingga sayuran akan terus bertumbuh menghasilkan batang dan daun baru. Jadi, dengan sekali menanam, saya dapat memanen sayuran berulang kali.
[caption caption="Sayuran Tumbuh Subur pada Vertikultur"]
Dengan menanam secara vertikultur, saya dapat menghasilkan sayuran berkualitas baik di lahan yang sempit. Uang yang dialokasikan untuk belanja sayuran pun dapat dihemat. Waktu luang yang saya miliki juga dapat dimanfaatkan untuk kegiatan yang positif seperti itu.
Selain itu, saya dapat mengonsumsi sayuran dengan rasa aman karena saya menanamnya sendiri. Oleh sebab itu, kebersihan dan kesegaran sayuran pun terjamin 100%. Semua itu adalah manfaat yang saya peroleh setelah menjalani kegiatan berkebun dengan cara vertikultur.
Nah, apakah Anda juga tertarik mencobanya?