Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Sukses Berkebun di Akuarium

12 Juni 2015   07:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:05 5536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Urban farming sudah menjadi gaya hidup yang berkembang di wilayah perkotaan saat ini. Urban farming adalah sebuah upaya untuk memanfaatkan lahan-lahan kosong di perkotaan atau di sudut rumah untuk berkebun. Hal itu dilakukan setelah kita melihat semakin terbatasnya lahan pertanian di perkotaan.

Selain itu, kabar bahwa sayur-mayur yang banyak diberi pestisida berlebih sehingga meninggalkan residu juga menjadi motivasi yang kuat sehingga masyarakat perkotaan mulai berkebun di wilayahnya. Semua itu dilakukan untuk memperoleh sayur-mayur yang terpercaya karena ditanam sendiri.

Juga untuk masa depan, yang mana lahan pertanian semakin tergerus oleh pembangunan, urban farming menjadi salah satu cara untuk menciptakan ketahanan pangan.

Saya pun ikut terpengaruh urban farming. Pada awalnya saya menyaksikan tayangan Channel Japan di Metro TV pada suatu minggu pagi bulan Desember tahun 2014. Pada tayangan itu ditampilkan bahwa tumbuhan dapat tumbuh tanpa menggunakan tanah. Kita dapat memanfaatkan busa atau sejenisnya sebagai penganti tanah untuk menanam.

Segera saja saya tertarik dengan informasi itu. Setahu saya, kita hanya bisa menanam dengan menggunakan media tanah. Itu adalah cara menanam yang paling umum dan sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Saya pun mencari informasi cara menanam tanpa menggunakan tanah dan saya mendapat sebuah teknik bertanam tanpa tanah, yaitu hidroponik.

Saya mencoba mengenal teknik bertanam secara hidroponik lewat internat, tayangan video di Youtube, buku, dan majalah pertanian. Setelah mengetahui teknik itu dengan lebih dalam, saya memutuskan mencobanya di rumah.

Ada sebuah lahan kosong di rumah yang bisa saya pakai. Lahan itu tidak luas, hanya 2 meter, tetapi bisa dimanfaatkan untuk berkebun. Saya mencari peralatan dan perlengkapan hidroponik di toko tanaman khusus.

Pada saat itu, belum banyak toko yang menjualnya. Peralatan dan perlengkapan itu hanya tersedia di beberapa toko atau di beberapa situs jual-beli. Jadi, memang dapat dikatakan bahwa seni bertanam secara hidroponik masih belum digemari di sekitar tempat saya tinggal.

Setelah semua bahan berhasil diperoleh, saya menerapkan beberapa teknik hidroponik. Pada awalnya saya menggunakan teknik deep water culture atau floathing hydroponic. Teknik itu adalah sebuah cara menanam sayuran dengan memanfaatkan wadah dan busa stereofoam. Hanya tanaman-tanaman tertentu yang dapat dibudidayakan lewat teknik itu, seperti kangkung, selada, dan pakcoi.

Saya memilih teknik itu karena teknik itu mudah dipraktikkan. Saya memanfaatkan barang-barang bekas, seperti derigen bekas dan stereofoam. Saya menanam kangkung di stereofoam yang mengapung di atas larutan nutrisi hidroponik.

Perawatannya pun sederhana. Saya tidak perlu menyiram tanaman setiap hari, tetapi melihat kondisi tanaman setiap pagi sebelum berangkat kerja.

Ajaibnya kangkung itu tumbuh lebat. Saya sukses membudidayakan kangkung hanya dengan bermodalkan larutan nutrisi dan barang-barang bekas. Hal itu memotivasi saya untuk mencoba menanam tanaman lain.

Namun, upaya saya mengalami kemunduran setelah tanaman saya yang baru berusia beberapa minggu habis dimakan tikus. Kejadian itu berulang sebanyak empat kali. Saya terus memikirkan dan mencoba pelbagai cara untuk mengatasi hama tikus, seperti memindahkan tanaman ke tempat tinggi atau menutupi tanaman. Namun, tikus selalu dapat menemukan jalan yang tepat untuk mendapatkan tanaman saya.

Dalam persoalan itu, saya melihat sebuah akuarium pemberian dari rekan saya, dan terpikir oleh saya, “Hey bagaimana kalau saya menanam di akuarium?” Itu adalah ide yang aneh dan selama ini, setahu saya, belum ada yang mencobanya. Saya pun memutuskan mencobanya.

Saya menanam selada pearl dengan menggunakan rockwool. Saya meletakkan tanaman itu di akuarium dan memberi larutan nutrisi yang tipis di permukaan akuarium. Saya meletakkan akuarium itu di tempat yang terkena sinar matahari untuk menunjang proses fotosintesis tanaman dan tanaman itu pun tumbuh. Tidak ada tikus yang menyerang tanaman itu karena itu terlindung oleh kaca akuarium. Sejak saat itu, saya menemukan cara yang unik dan aman untuk menanam selada.

Selada itu tumbuh tanpa saya siram setiap hari. Selada itu pun tumbuh tanpa saya beri pupuk karena unsur hara yang dibutuhkan selada sudah terpenuhi oleh larutan nutrisi yang saya berikan. Bahkan, selada itu pun tetap tumbuh walaupun saya tinggal bekerja. Wow!

Menurut saya, itu adalah cara bercocok tanam yang tepat bagi kita yang mempunyai banyak pekerjaan yang menyita waktu, tetapi tetap ingin memperoleh sayuran berkualitas tinggi. Oleh sebab itu, cara itu dapat kita manfaatkan untuk mulai berkebun di rumah sendiri.

Jadi, kalau Anda mempunyai akuarium atau sejenisnya yang memang sedang menganggur, Anda dapat memanfaatkannya untuk berkebun. Anda hanya perlu menyemai benih sayuran dengan menggunakan rockwool atau sejenisnya, menyimpannya di akuarium, lalu menambahkan larutan nutrisi hidroponik sebagai makanannya. Dengan demikian, akuarium dapat menjadi sebuah cara berkebun baru yang praktis dan ekonomis.

Selamat mencoba berkebun di akuarium!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun