Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Metafora

1 Januari 2014   07:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:17 892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah Anda pernah mendengar ungkapan "Binatang Jalang" atau "Si Burung Merak"? Bagi Anda yang sering membaca literatur sastra, ungkapan-ungkapan itu tentu sudah pernah Anda dengar. Ungkapan "Binatang Jalang" sebetulnya julukan untuk Chairil Anwar, penyair yang memelopori Angkatan 45 dalam Kesusastraan Indonesia. Ungkapan itu menjadi populer setelah Chairil menulis sebuah puisi emosional, yang berjudul "Aku". Dalam puisi itu, ia merujuk dirinya sendiri sebagai binatang jalang dengan menulis larik: aku ini binatang jalang. Sementara itu, ungkapan "Burung Merak" ditujukkan kepada sastrawan WS Rendra. Sepanjang kariernya Rendra telah mendapat banyak pujian atas karya-karyanya yang berupa puisi dan drama. Di mata para kritikus sastra, karya-karyanya dinilai memiliki nilai estetika yang tinggi. Oleh karena itu, orang-orang menjulukinya "Si Burung Merak" karena burung itu melambangkan keindahan.

Nah, dalam linguistik, ungkapan-ungkapan itu disebut metafora. Secara etimologis, metafora terbagi atas dua kata, yaitu meta yang artinya 'di atas' dan pherein yang artinya 'membawa'. Namun, kalau kedua kata itu digabungkan, makna yang terbentuk bukan 'menjunjung', melainkan 'membandingkan'.

Perbandingan dalam metafora bersifat arbitrer, sebagaimana ciri bahasa pada umumnya. Namun demikian, perbandingan itu biasanya memperlihatkan kesamaan ciri dari dua benda yang dibandingkan itu. Saya ingat puisi karya WS Rendra yang berjudul "Surat Cinta". Pada satu lariknya Rendra menyebut pacarnya putri duyung. Rendra membandingkan karakter pacarnya dan putri duyung karena keduanya mempunyai beberapa kesamaan, yaitu pandai menyanyi dan cantik jelita. Rendra memang dikenal sebagai penyair yang jeli dalam memilih metafora untuk puisi-puisinya.

Sebagaimana telah disinggung pada paragraf sebelumnya, metafora lebih sering digunakan dalam karya sastra, terutama puisi. Para penyair menggunakan metafora untuk mengomunikasikan pengalaman puitiknya, menciptakan nuansa estetis, dan juga merangsang imajinasi para pembacanya. Dalam menggambarkan sosok wanita, seorang penyair tak menulis larik "wanita itu berparas rupawan", tetapi menggunakan kata-kata lain, seperti "wanita itu seperti mawar, mawar yang merah". Penyair memilih mawar yang merah karena metafora itu dianggap mewakili sosok wanita yang sesungguhnya.

Dunia pendidikan juga memanfaatkan metafora untuk meningkatkan kualitas belajar-mengajar. Robert Marzano, seorang pakar pendidikan, menyertakan metafofa ke dalam strategi belajar yang memberi hasil yang efektif. Metafora dinilai dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir, dan itu sangat penting untuk proses belajarnya. Siswa dapat menggunakan metafora untuk memahami suatu konsep. Sebagai contoh, siswa dapat memakai metafora keluarga untuk menjelaskan konsep pemerintahan, atau memanfaatkan metafora yoyo untuk menjelaskan sistem tata surya. Dengan demikian, secara kreatif, siswa dapat menemukan persamaan antara keluarga dan pemerintahan, atau yoyo dan sistem tata surya.

Saya juga menggunakan teknik metafora dalam mengajar. Jadi, alih-alih menjabarkan definisi suatu konsep dengan kata-kata, saya lebih senang memanfaatkan metafora. Dengan memakai metafora, para siswa tak perlu repot menghafal kata demi kata, tetapi tetap mendapat konsep yang tepat. Sebagai contoh, ketika menjelaskan konsep musikalisasi puisi, saya menggunakan metafora pembuatan es jeruk. Saya mengatakan pada para siswa bahwa musikalisasi puisi itu seperti membuat es jeruk. Untuk membuat es jeruk, tentu kita harus memilih jeruk yang terbaik. Jeruk itu harus segar dan kaya gizi. Lalu, kita mengolah jeruk menjadi jus terlebih dulu. Kita memasukkan jeruk ke dalam blender, menambah beberapa sendok gula, dan mencampur air. Setelah jus jeruk siap, kita harus menyiapkan cetakan. Jus jeruk itu lalu dituang ke cetakan dan disimpan di kulkas hingga beku. Nah, musikalisasi puisi juga seperti itu. Pada awalnya kita harus menemukan pengalaman puitik terlebih dulu, yang diibaratkan menemukan jeruk berkualitas baik. Lalu, kita menulis puisi berdasarkan pengalaman puitik itu, seperti pembuatan jus jeruk. Akhirnya, kita perlu memadukan puisi itu dengan nada hingga tercipta musikalisasi, dan hal itu bagaikan menuang jus ke cetakan dan menyimpannya di kulkas hingga beku. Nah, dengan cara demikian, kelas menjadi lebih hidup, karena saya membiarkan siswa berimajinasi sesuai dengan pikirannya sendiri-sendiri.

Dalam dunia teknologi, teknik metafora juga memberi manfaat yang besar. Sejumlah teknologi yang penting tercipta berkat penerapan teknik itu. Sebagai contoh, pada tahun 1878, Stephen Tarnier memutuskan cuti dari pekerjaannya. Tarnier bekerja sebagai dokter di sebuah rumah sakit di Paris. Pada waktu itu, angka kematian bayi sangat tinggi. Enam puluh persen bayi yang lahir secara prematur meninggal dan sisanya harus berjuang bertahan hidup. Tarnier bekerja keras untuk memecahkan masalah itu. Namun, ia belum juga menemukan solusinya. Akhirnya ia memutuskan cuti kerja untuk melepas penat. Ia pun berkunjung ke kebun binatang Jardin d'Acclimatim, yang terletak di kota Paris, Perancis.

Ketika tengah berjalan-jalan, Tarnier melihat petugas kebun binatang membawa sebuah kotak. Kotak itu ternyata sebuah inkubator, yang digunakan untuk menghangatkan bayi binatang yang baru lahir. Setelah pulang, Tarnier terus terpikir oleh kotak itu. Ia membandingkan kotak itu dan masalah yang sedang dihadapinya. Pada saat itulah ia mendapat inspirasi untuk menciptakan inkubator khusus untuk bayi manusia. Inkubator karya Tarnier telah melewati sejumlah uji coba dan berkat penemuan itu lebih banyak bayi yang berhasil selamat. Semua itu terjadi karena Tarnier menemukan persamaan antara inkubator untuk binatang dan inkubator untuk manusia.

Dalam dunia olahraga, kita pun dapat menemukan contoh penerapan teknik metafora. Dalam olahraga tinju, kita tentu mengetahui Muhammad Ali. Petinju luar biasa itu tak hanya terkenal berkat jumlah gelar yang berhasil diraihnya, tetapi juga gaya bertarungnya. Dalam setiap pertarungannya ia mengitari lawannya sambil melompat-lompat kecil. Ali bertubuh kekar, tetapi dengan gaya seperti itu, ia tampak sedang menari. Dalam sebuah siaran pers, ia mengatakan gaya bertarungnya sebagai 'menari bagai kupu-kupu, menyengat bagai lebah'. Ali membandingkan gaya bertarungnya dengan kedua hewan itu karena kedua hewan itu telah memberinya inspirasi.

Metafora lebah ternyata juga terdapat dalam dunia otomotif. Setelah masa perang berakhir, Enrico Piaggio berpikir menciptakan sebuah kendaraan yang evolusioner. Enrico sebetulnya adalah putra Rinaldo Piaggio, seorang industrialis dari Genoa, Italia. Rinaldo mempunyai sebuah perusahaan yang memproduksi kapal mewah, kereta, mesin, dan bahkan bodi truk. Namun, sepanjang perang dunia, bisnisnya macet. Bahkan, ia harus menerima kenyataan bahwa pabrik yang sudah susah payah dibangunnya luluh lantak akibat perang.

Kemudian, putranya, Enrico, berniat melanjutkan karyanya. Enrico membangun kembali pabrik dan memikirkan konsep kendaraan yang akan diproduksi. Ia juga bekerja sama dengan Corradino d'Ascanio. Seperti Enrico, Corradino juga memimpikan kendaraan hebat yang ekonomis, simpel, dan elegan. Corradino berpikir keras tentang model kendaraan itu. Lalu, seperti kasus penemuan inkubator, ia melihat sebuah model pesawat dan merasa terinspirasi. Ia segera menggambar rancangan kendaraan itu dan menunjukkannya pada Enrico. Alih-alih merasa kagum, Enrico malah bingung menafsirkan rancangan itu. "Sambra una vespa," katanya, yang artinya: terlihat seperti lebah, karena memang Corradino mencoba membaurkan konsep sepeda motor dan pesawat. Akhirnya kendaraan itu jadi diproduksi, dan keduanya tak pernah menyangka kendaraan itu akan menjadi sangat populer. Kendaraan itu cikal-bakal vespa.

Nah, kini kita sudah melihat contoh-contoh penggunaan metafora. Uniknya, teknik itu dapat diterapkan pada hampir semua bidang, seperti sastra, pendidikan, kesehatan, bisnis, teknologi, dan olahraga. Jadi, teknik itu mempunyai manfaat yang lebih luas. Tak hanya itu, dalam lingkup yang lebih sempit, teknik itu juga dapat dipakai untuk memecahkan masalah sehari-hari. Anda hanya perlu mengaitkan masalah Anda dengan sebuah benda untuk melihat persamaannya. Dengan demikian, Anda akan menemukan suatu solusi secara lebih kreatif. Jadi, apapun pekerjaan Anda, gunakanlah teknik metafora untuk mengasah ketajaman pikiran Anda, mengelola emosi Anda, dan mengatasi masalah Anda.

31 Desember 2013

Daftar Pustaka

Philbin, Tom. 2003. The 100 Greatest Inventions. a.b. dr. Annisa Rahmalia. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer

Rendra. 2012. Empat Kumpulan Sajak. Cet. XII. Jakarta: Burungmerak Press

Silakan baca juga tulisan saya yang lainnya.


  1. Memanfaatkan AC dengan Bijak
  2. Menghemat Kertas di Kantor

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun