Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Idiolek

27 Desember 2012   02:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:58 3301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Perbedaan idiolek dapat menjadi jurang dalam menjalin suatu hubungan. Sebagaimana diketahui, kita menyukai orang yang memiliki kesamaan dengan diri kita. Kesamaan tersebut dapat mencakup pemikiran, hobi, sikap, kebiasaan, dan idiolek. Jadi, untuk menciptakan suatu hubungan yang harmonis, kita harus menemukan teman yang mirip sikapnya dengan kita.

Namun, bagaimana kalau idiolek yang kita miliki sangat berbeda dengan seseorang yang ingin kita dekati? Kita dapat menggunakan suatu teknik yang terkenal pada Neuro-Linguistic Programing (NLP), yaitu mirroring. Mirroring adalah suatu teknik yang mana kita meniru bahasa tubuh dan idiolek seseorang secara tersirat. Coba amati gerak tubuhnya, seperti gerakan tangan, tatapan, mimik pada wajah, dan pola bahasa, lalu dengan tulus tirulah. Perlahan Anda membangun suatu kedekatan dengan orang tersebut.

Kita harus menghargai idiolek yang kita miliki. Idiolek tersebut merupakan suara kita yang paling alami. Tidak ada seorang pun yang memiliki idiolek yang identik. Kalau kita menerima idiolek kita sebagaimana adanya, kita akan menemukan bahwa idiolek tersebut adalah suatu cerminan diri kita yang sejati.

27 Desember 2012

Daftar Pustaka

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik (Edisi Keempat). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Pease, Allan dan Barbara. 2006. Why Men Don't Listen and Women Can't Read Maps. Terj. Isma B. Koesalamwardi. Cetakan II. Jakarta: Ufuk Press

Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik (Edisi Keempat), (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), 90.

Allan dan Barbara Pease, Why Men Don't Listen and Women Can't Read Maps, Terj. Isma B. Koesalamwardi, Cetakan II, (Jakarta: Ufuk Press, 2006), 104-107.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun