Perbedaan idiolek dapat menjadi jurang dalam menjalin suatu hubungan. Sebagaimana diketahui, kita menyukai orang yang memiliki kesamaan dengan diri kita. Kesamaan tersebut dapat mencakup pemikiran, hobi, sikap, kebiasaan, dan idiolek. Jadi, untuk menciptakan suatu hubungan yang harmonis, kita harus menemukan teman yang mirip sikapnya dengan kita.
Namun, bagaimana kalau idiolek yang kita miliki sangat berbeda dengan seseorang yang ingin kita dekati? Kita dapat menggunakan suatu teknik yang terkenal pada Neuro-Linguistic Programing (NLP), yaitu mirroring. Mirroring adalah suatu teknik yang mana kita meniru bahasa tubuh dan idiolek seseorang secara tersirat. Coba amati gerak tubuhnya, seperti gerakan tangan, tatapan, mimik pada wajah, dan pola bahasa, lalu dengan tulus tirulah. Perlahan Anda membangun suatu kedekatan dengan orang tersebut.
Kita harus menghargai idiolek yang kita miliki. Idiolek tersebut merupakan suara kita yang paling alami. Tidak ada seorang pun yang memiliki idiolek yang identik. Kalau kita menerima idiolek kita sebagaimana adanya, kita akan menemukan bahwa idiolek tersebut adalah suatu cerminan diri kita yang sejati.
27 Desember 2012
Daftar Pustaka
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik (Edisi Keempat). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Pease, Allan dan Barbara. 2006. Why Men Don't Listen and Women Can't Read Maps. Terj. Isma B. Koesalamwardi. Cetakan II. Jakarta: Ufuk Press
Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik (Edisi Keempat), (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), 90.
Allan dan Barbara Pease, Why Men Don't Listen and Women Can't Read Maps, Terj. Isma B. Koesalamwardi, Cetakan II, (Jakarta: Ufuk Press, 2006), 104-107.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H