Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Tinjauan Tindak Tutur Austin pada Wacana Sugesti dan Motivasi

10 Desember 2012   03:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:55 770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Bagus sekali... Anda telah berhasil membuat mata Anda sangat rileks.... Kini... saya minta Anda... untuk membawa rasa rileks yang sangat dalam pada mata Anda ini... ke bagian atas kepala Anda. Kumpulkan perasaan rileks ini di ubun-ubun kepala Anda... dan sebarkan relaksasi ini mulai dari kepala... turun menyebar ke wajah Anda... terus turun ke seluruh tubuh... sampai ke ujung kaki....

Kalau kita memberikan wacana tersebut kepada orang lain, maka orang tersebut mungkin merasa benar-benar rileks mendengarnya. Wacana tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengurangi rasa stres yang berlebihan dan cemas yang berlebihan.

Sayangnya tipe wacana tersebut juga sering digunakan untuk kepentingan negatif. Dalam film trilogi Bourne, yang dibintangi Matt Demon, ada suatu adegan Bourne terus-menerus didoktrin untuk menjadi seorang pembunuh berdarah dingin. Secara sinambung Bourne menerima semua kalimat tersebut sehingga meresap dan memengaruhi kondisi jiwanya. Akibatnya, Bourne menjadi lebih agresif dan sifat itu menggerogoti jati dirinya perlahan-lahan.

Apakah kita hanya bisa pasrah saat diberi wacana perlokusi yang bermuatan negatif, seperti kasus yang dialami Bourne?

Kita tidak perlu merasa takut menerimanya selama critical area pada pikiran kita masih berkerja dengan baik. Critical area bekerja seperti seorang penjaga gerbang yang menyensor siapa saja yang boleh masuk dan yang tidak. Jadi, kalau Anda mendengar suatu wacana perlokusi yang bermuatan negatif, dan Anda terus menolaknya, sugesti itu sulit menembus dan memengaruhi pikiran Anda. Jadi, semua wacana perlokusi yang kita terima bergantung pada sensor pada diri kita. Kita bebas menentukan apakah mau menerima atau menolaknya.

Di samping itu, pengaruh wacana tersebut hanya bertahan dalam jangka pendek. Setelah beberapa waktu, pengaruhnya akan berkurang dan kita akan kembali ke kondisi semula. Misalnya, untuk menghilangkan kebiasaan merokok, seseorang diberi sugesti bahwa rokok itu pahit rasanya. Pada mulanya dia memang beranggapan rokok itu benar-benar pahit, tetapi beberapa hari kemudian pengaruh sugestinya hilang, dan mungkin dia kembali merokok. Untuk menghilangkan kebiasaan tersebut sepenuhnya, dibutuhkan pemberian wacana sugesti yang berkesinambungan.

Karena memiliki efek psikologis yang kuat, sebaiknya wacana sugesti dan motivasi digunakan dengan bijaksana. Penyalahgunaan wacana tersebut dapat menimbulkan dampak yang serius pada diri seseorang. Jadi, sebelum kita menggunakan wacana tersebut untuk diri kita atau diri orang lain, kita perlu memahami konsekuensi yang akan muncul dan bersedia mempertimbangkan penggunaannya dengan baik. Harapan saya adalah semoga tulisan ini dapat memberi wawasan tentang penggunaan wacana sugesti dan motivasi untuk kebaikan bersama.

10 Desember 2012

Kepustakaan

Agus Setiawan. 2010. Bacakilat: Kiat Baca Buku 1 Halaman/Detik dengan Pemahaman Tinggi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Justin, Ernest, "Fenomenologi Linguistik Austin", dalam Driyarkara: Filsafat Bahasa, Th. XXXI No. 2/ 2010

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun