Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Bisnis Toko Buku Menggantikan Perpustakaan?

18 Oktober 2014   15:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:34 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama sepuluh tahun terakhir, di kota tempat saya tinggal, toko buku mengalami pertumbuhan yang menggembirakan. Dulu hanya terdapat satu toko buku besar dan itu pun letaknya di sebuah mall yang terdapat di pusat kota. Oleh karena itu, untuk mengunjungi toko buku itu, saya harus berkendara sekitar 45 menit. Namun, seiring berjalannya waktu, jumlah toko buku mulai bertambah. Kini dalam radius 500 meter dari tempat tinggal saya, saya sudah dapat menjumpai sebuah toko buku yang sederhana. Sebuah perkembangan yang tentunya harus diapresiasi.

Pada saat saya mengunjungi toko buku itu untuk mencari perlengkapan kantor atau sekadar melihat-lihat buku, toko buku itu tampak ramai didatangi pengunjung. Hal itu tentunya mengikis pandangan umum yang sudah sering kita dengar bahwa minat baca masyarakat kita sangat rendah. Walaupun jumlah pengunjungnya belum sebanyak toko buku besar, hal itu tetap saja menjadi petanda baik. Kini kesadaran membaca masyarakat mulai bertumbuh. Masyarakat mulai menyadari betapa pentingnya membaca bagi perkembangan intelektual.

Kehadiran toko buku itu sebetulnya turut melengkapi keberadaan perpustakaan yang terdapat di masyarakat. Berdasarkan pengalaman, perpustakaan yang ada saat ini masih sangat minim jumlahnya dan hanya bisa diakses oleh kalangan tertentu saja. Perpustakaan itu paling banyak kita jumpai di sekolah-sekolah atau universitas. Namun demikian, jumlah buku yang terbatas, perawatan yang minim, dan fasilitas yang sudah usang menggerus daya tarik bagi orang untuk berkunjung ke perpustakaan itu. Bahkan, pada beberapa perpustakaan, kondisinya lebih mirip seperti gudang buku, alih-alih semesta pengetahuan. Semua hal itulah yang menyebabkan orang-orang malas membaca buku di perpustakaan.

Sebaliknya, walaupun jarang datang ke perpustakaan, sekarang orang-orang lebih suka mengunjungi toko buku. Orangtua, remaja, dan anak-anak memadati toko buku sekadar untuk membeli, membaca, atau mencari referensi yang dibutuhkan. Suasana toko buku yang bersih, nyaman, dan sejuk menjadi daya tarik bagi orang untuk datang. Bahkan, pada beberapa toko buku, juga tersedia café, yang menyediakan pelbagai jenis makanan dan minuman ringan, serta alunan musik yang enak didengar, sehingga orang-orang dapat membaca dengan lebih santai.

Walaupun kunjungan ke toko buku sudah menjadi biasa di masyarakat, tetap saja terdapat beberapa keterbatasan. Pada saat berkunjung ke toko buku, misalnya, terdapat larangan membuka segel buku. Dengan demikian, kita hanya bisa menilai isi buku dari sampulnya saja. Hanya toko-toko buku besar yang membolehkan pengunjung membaca isi buku tersebut sebagai sampel. Dengan demikian, kita dapat memilih dan membeli buku yang sesuai dengan kebutuhan kita.

Kemudian, buku-buku yang terdapat di toko buku pada umumnya adalah buku-buku baru. Jadi, kalau kita mencari buku-buku yang sudah lama, kita hanya bisa menemukannya di perpustakaan. Saya biasanya menemukan buku-buku kuliah yang saya cari hanya di perpustakaan tertentu karena buku-buku itu terbatas stoknya dan sudah tidak dicetak lagi.

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas informasi, sebetulnya toko buku dan perpustakaan saling melengkapi satu sama lain. Kehadiran toko buku, pada satu sisi, berusaha melengkapi perpustakaan yang minim fasilitas, sementara pada sisi lainnya, perpustakaan berperan menyediakan buku-buku yang memang sulit ditemui di toko-toko buku pada umumnya. Semoga saja dengan kehadiran toko buku dan perpustakaan itu, minat baca masyarakat terus berkembang sebab bangsa yang besar bertumbuh dari kegemaran membaca masyarakatnya.

(Pembaca yang budiman, kalau tertarik dan berkenan, silakan membaca artikel lain, yaitu "Saya Membaca Sebuah Buku dan IP Saya Pun Berubah")

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun