Mohon tunggu...
Adib Manggala
Adib Manggala Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa IKIP PGRI Wates, Yogyakarta

Kampus : IKIP PGRI Wates, Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Lukas Penginjil Kaum Perempuan

1 November 2021   20:09 Diperbarui: 1 November 2021   22:25 709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam dunia Yahudi, perempuan tidak dihargai dan dianggap sebagai kaum yang rendah martabatnya. Perempuan juga dipandang tak ada bedanya dengan barang yang dapat dimiliki atau dibuang. Berbeda dengan orang-orang Yahudi kebanyakan, Yesus sebagai orang Yahudi justru tidak berpandangan demikian.[7]

Injil Lukas memperlihatkan keakraban Yesus dengan kaum perempuan sebagai sahabat. Ia digambarkan sangat menghargai harkat dan martabat mereka sebagai manusia.[7] Dalam Injil Lukas dapat dijumpai beberapa sosok perempuan seperti Elisabet, Maria dan Marta, Maria Magdalena, dan perempuan janda yang berasal dari Nain.[8]

Potret perempuan yang sangat menonjol dalam Injil Lukas sudah terlihat sejak awal Injil ini ditulis. Elisabet dan Maria digambarkan sebagai dua orang perempuan yang dipakai Allah terkait rencana-Nya untuk menyelamatkan dunia.[7] Dalam pelayanan-Nya, Yesus pun melakukan berbagai mujizat terhadap beberapa perempuan seperti menyembuhkan mertua Petrus yang sedang sakit keras dan perempuan yang selama delapan belas tahun kerasukan roh, membangkitkan anak perempuan janda di Nain, memberi diri-Nya disentuh perempuan yang sedang mengalami pendarahan.[7] Perempuan tidak sekadar tampil sebagai kaum yang dibela tetapi juga sebagai kaum yang ikut terlibat dalam pelayanan Yesus. Lukas melaporkan ada sejumlah perempuan yang menjadi murid Yesus.[7]

Peranan Wanita Dalam Penginjilan

Ketika Allah menciptakan wanita, Ia menciptakan seorang penolong bagi laki-laki yang sepadan dengan dia (Kejadian 2:20). Dan sejak saat itu sampai sekarang, peranannya ialah sebagai penolong. Maksud Allah tersebut dapat dikelabui oleh kebiasaan-kebiasaan dan kebudayaan yang memuat tata cara dan tata nilai terhadap peranan dan kedudukan kaum wanita dari masa ke masa. Dewasa ini, sudah terjadi perseteruan antara dua posisi, yaitu kedudukan wanita dalam gereja dan masyarakat. Kedua pandangan tentang peranan wanita dan statusnya adalah: pertama, paham tradisional, bahwa wanita hanyalah sebagai ibu rumah tangga. Yang kedua adalah wanita karier, yang berarti bahwa wanita dapat mengambil bagian dalam fungsi sosial atau masyarakat sebagaimana halnya kaum pria. Selayang pandang terhadap sejarah membuktikan kebenaran tersebut.

Allah menciptakan pria dan wanita dan tidak memberikan vonis bahwa kedudukan wanita itu lebih rendah daripada kedudukan pria. Pada masa Perjanjian Lama, Allah terus-menerus menjunjung tinggi derajat kaum wanita setara dengan kaum pria. Dalam hukum Taurat, seorang ibu harus dihormati, ditaati, dan ditakuti. Ia memberikan nama kepada anak-anak dan mengajar mereka. Persembahan yang sama diberikan untuk penyucian apakah yang baru lahir itu anak laki-laki atau perempuan. Wanita menghadiri kegiatan-kegiatan keagamaan dan mempersembahkan korban sama dengan kaum pria. Janji seorang nazir dilakukan ketika ia mempersembahkan hidupnya khusus untuk penyembahan kepada YHWH. Wanita dikecualikan dari pekerjaan Sabat.

Masa berganti masa dan ada kecenderungan di bawah pengajaran rabi untuk membuat kaum pria lebih unggul dan menyimpang dari maksud Kejadian 2:20, "Manusia itu memberi nama kepada segala ternak, kepada burung-burung di udara dan kepada segala binatang hutan, tetapi baginya sendiri, ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia." Penyimpangan dan kecenderungan tersebut tercermin dalam sebuah buku, "Jerusalem in the Time of Jesus" oleh Joachim Jeremias. Pengarang buku ini menggambarkan kedudukan wanita dalam masyarakat dengan jelas.

Berikut ini ada beberapa kutipan.

  1. Wanita tidak mengambil bagian dalam kehidupan kemasyarakatan dalam lingkungan Yudaisme, khususnya keluarga yang taat pada hukum Taurat.

  2. Wanita tidak diperhatikan di muka umum, tidak sopan bagi pria untuk berduaan dengan wanita atau melirik atau memberikan salam kepada istri orang lain.

  3. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
    Lihat Filsafat Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun