Misalnya Selat Malaka, selat ini menjadi daerah yang sangat strategis dikarenakan menjadi tempat transit bagi pedagang-pedagang China dan Timur Tengah. Dengan kata lain para pedagang tidak perlu repot-repot pergi ke daerah asal karena segala jenis arang di bongkar di pelauhan sekitar Selat Malaka.
Pada pertengahan abad ke 1, penulis Periplus of Erythranen sea dari Yunani menyeut ada empat jenis kapal yang digunakan dalam perdagangan maritim yang oleh ahli tersebut disebut sebagai "kapal India". Dua jenis kapal pertama adalah trapagga dan Kotymba berfungsi sebagai pemandu, sedangkan dua jenis kapal yang lain yaitu Sangara dan Kolondioponta adalah kapal yang berukhuran lebih besar dari dua jenis kapal sebelumnya. Kapal Sangara dan Kolondioponta ini adalah kapal-kapal Indonesia yang pernah menyeberangi Teluk Bengal dan terus berlayar menuju ke pantai timur dan barat daya India selatan. Sementara itu di China juga sudah berkembang teknologi kapal. Bahkan teknologi pembuatan kapal di China tidak hanya untuk komoditi perdagangan saja tetapi sudah berhubungan pula dengan kepentingan militer.
Robert Read-Dick dalam The Phantom Voyagers: Evidence of Indonesian Settlement in Africa in Ancient Times membedakan perahu jenis Djong dan Jung, yang dikenal dalam dunia maritim Asia. Djong adalah jenis perahu tertua yang pernah digunakan oleh pelaut-pelaut Indonesia sejak abad ke 1 untuk pengangkutan barang komoditi antar pulau. Sementara Jung adalah perahu China, yang juga digunakan dalam pelayaran dan perdagangan.
Berikut ini adalah pemaparan mengenai perbedaan antara kapal DJong dan Jung. Papan-papan Djong disatukan disatukan dengan pasak dari kayu, sedangkan Jung papan-papannya disatukan mengguanakan paku-paku besi dan pengapit. Djong memiliki kemudi empat (quarter), sedangkan Jung dikendalikan dengan kemudi berporos yang ditempatkan di buritan.Â
Ketebalan kedua kapal adalah antara 4-6 lapis kayu, dengan ketebalan 6-8 inci, sehingga lebih berat dan tebal. Kontruksi ini sangat efektif untuk mengarungi samudra dan ancaman penghancuran dari armada lain di laut.
Menurut catatan seorang Portugis yaitu Alfonso de Albuquerque mengatakan bahwa kapal Djong sangat sulit untuk dihancurkan. Bahkan meriam Portugis hanya dapat menggores badan kapal.Â
Namun kelemahan dari kapal Djong ini adalah dikarenakan karena memiliki bentuk yang besar maka apabila dayung dan layarnya di rusak maka sudah dipastikan Djong tidak akan bergerak dan barulah gampang untuk melumpuhkan kapal ini.Â
Selain itu akibat dari Bodynya yang besar membuat kapal ini sukar sekali dalam melakukan manuver dan cenderung lamban atau kurang gesit disbanding dengan kapal yang memiliki body lebih ramping.
Namun dari itu semua baik kelebihan dan kekurangan, baik Djong maupun Junk, keduanya memiliki peran yang sangat penting dalam perdagangan dan pelayaran maritim serta dalam kemajuan kerajaan-kerajan nusantara karena dengan adanya pelayaran dan perdagangan maritim, secara otomatis menambah devisa pendapatan kerajaan melalui sistem pajak perdagangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H