Mohon tunggu...
Moch. Adib Irham Ali
Moch. Adib Irham Ali Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sosial Humaniora

The author is someone who is enthusiastic about education, social politics, history, philosophy, humanity, health, and community.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Membandingkan Indonesia dan Cina dari segi Arsitektur Kapal

17 Agustus 2021   21:10 Diperbarui: 17 Agustus 2021   21:18 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara historis, Indonesia sebagai negara kepulauan (archipelago) besar dan megah dengan arsitektur kapalnya. kerajan-kerajaan di nusantara masyur akan kekuatan maritimnya, serta wilayah Indonesia yang strategis dan melimpahnya sumber daya alam hayati terutama rempah-rempah merupakan komoditas yang dipandang eksotis pada masa itu.  Pedagang dari seluruh dunia banyak yang singgah dan bahkan tinggal serta berakulturasi di kepulauan-kepulauan nusantara. 

Oleh karena itu guna mengilhami dan ikut merasakan suka cita atas kemerdekaan yang telah diraih Indonesia sejak 76 tahun yang lalu, penulis merasa penting kiranya mengajak pembaca untuk menengok heroisme masa lampau yang menunjukkan bahwa Indonesia ini negara yang besar, Indonesia merupakan negara yang kaya, dan maju dari segi teknologi dan ilmu pengetahuan serta mengajak berfikir kembali bahwa generasi mendatang dapat mewujudkan kembali kejayaan Indonesia seperti masa lampau.

Sejak ratusan tahun lalu Indonesia banyak dilalui kapal dari berbagai bangsa. Kapal-kapal tersebut berlayar dengan tujuan antara lain berdagang, berkomunikasi, dan bermigrasi. Dalam pelayaran tersebut tentunya membutuhkan alat transportasi berupa perahu atau kapal. Perahu atau kapal merupakan salah satu bentuk dari objek kajian arkeologi yang mampu menunjukkan keterkaitan antar unsur-unsur budaya maritim.

Seperti yang pernah diungkapkan oleh Sejarawan Nasional A.B Lapian dalam Orang Laut Bajak Laut Raja Laut bahwa seharusnya kita tidak lagi menganggap laut sebagai pemisah atau laut sebagai pengahalang terjadinya sebuah hubungan integrasi tetapi kita harus menjadikan laut sebagai penghubung dimana menjadi sarana terjadinya integrasi antar pulau di Indonesia yang kelak memunculkan kesadaran rasa persatuan antar wilayah.

Salah satu factor pendukung terjadinya integrasi adalah adanya kapal laut. Setiap daerah di nuasantara tentunya memiliki hasil kebudayaan yang berbeda-beda salah satunya adalah hasil dari kebudayaan tersebut berupa teknologi. Dan menurut ahli bahwa kebudayaan adalah untuk memenuhi kebutuhan. 

Dan cara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan pembuatan teknologi berupa teknologi kapal. Selain itu teknologi kapal juga berguna untuk kegiatan ekonomi dan perkembangan integrasi antar pulau. Namun sayang kajian mengenai sejarah perahu di Indonesia kurang mendapat porsi yang semestinya.

Kegiatan pelayaran dipandang sebagai medium komunikasi masyarakat di suatu daerah dengan daerah lain. Untuk melakukan itu, diperlukan alat transportasi laut (kapal dan perahu). Sebelum diketemukan alat navigasi modern, pelaut tradisional mengandalkan kemampuan dan pengalamannya untuk menyeberangi laut, dengan memafaatkan tanda-tanda alam baik di laut maupun di nlangit (bintang-bintang). 

Karena itulah rekontruksi pelayaran masyarakat tradisional harus mengacu pada ingatan mereka, yang hampir tidak diabadikan dalam tulisan (dokumen), sehingga aktivitas yang mereka lakukan lebih pada pengulangan pengalaman atau pengesahan ketajaman emosional dalam membaca tanda-tanda alam.  

Abd Rahman Hamid dalam Sejarah Maritim Indonesia menyatakan bahwa, kajian mengenai sejarah maritim di Indonesia telah dilakukan oleh beberapa ahli antara lain Andrian Horridge mengenai deskripsi jenis-jenis perahu tradisional di Indonesia, Howard W. Dick mengenai aktivitas pelayaran, Gene Ammarel mengenai sistem navigasi bugis, Michel Suthon mengenai pelayaran tradisional orang Buton, La Malihu mengenai pelayaran di kepulauan Wakatobi dan Darman Salman mengenai perahu Phinisi.

Disini penulis akan memberikan gambaran mengenai perbedaan kapal Lokal Indonesia dengan kapal Asing. Sebagai gambaran umum, penulis akan mengkomparasikan kapal Djonk dengan kapal Junk. Sejak tahun 500 SM, jaringan  perdagangan antara Asia dengan Laut Tengah dilakukan melalui jalur darat. Namun hal tersebut berubah drastis ketika jalur darat dirasa sudah tidak aman untuk dilalui. Banyaknya perampok yang mengincar barang dagangan para pedagan yang lewat melalui jalur sutra membuat para pedagang mencoba mencari alternatif lain untuk tetap melakukan kegiatan perdagangan.

Saiful Bahri dalam Sejarah Perekonomian menyatakan bahwa, seiring berjalannya waktu dan perkembangan teknologi terutama sistem navigasi membuat para pedagang mulai beralih menggunakan jalur perairan untuk melakukan perdagangan ke daerah lain. Dari situlah akhirnya daerah-daerah di nusantara juga ambil bagian dalam perdagangan laut tersebut. Dikarenakan banyak daerah-daerah di nusantara yang dilalui oleh jalur laut tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun