Akhir pekan di akhir April 2023, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berkunjung ke Museum Multatuli di Lebak, Banten. Kunjungan Ganjar itu serasa membangkitkan memori masa muda ketika menjadi aktivis mahasiswa dulu. Salah satunya adalah tentang melawan kesewenang - wenangan.
Eduard Douwes Dekker, nama asli Multatuli, adalah Asisten Residen Lebak pada tahun 1856. Segala fasilitas dan kemewahan yang diterimanya sebagai pejabat kolonial justru membuatnya muak melihat penjajahan yang dilakukan bangsanya terhadap rakyat Indonesia
Apa yang dirintis oleh Multatuli kemudian menjadi inspirasi bagi tokoh- tokoh pergerakan Indonesia selanjutnya seperti RA Kartini dan Soekarno.
Lalu, apa hubungannya dengan Ganjar? Dia menjadi seorang pejabat publik pada masa yang sudah jauh berbeda. Waktu dilantik menjadi Gubernur Jawa Tengah tahun 2013 silam, Indonesia sudah merdeka 68 tahun.
Tidak ada lagi kolonialisme, penjajahan, maupun perbudakan. Namun, ketimpangan masih saja selalu ada.
Untuk mencapai keadilan sosial, setiap warga Jateng harus memiliki kesempatan yang sama. Untuk itu, Ganjar melakukan sejumlah hal untuk menyiapkan SDM Jawa Tengah agar menjadi manusia unggul yang mampu menghadapi tantangan zaman.
Semuanya harus disiapkan sejak di dalam kandungan.
Untuk melahirkan bayi- bayi Jateng yang sehat dan bebas stunting, Ganjar membuat program Jo Kawin Bocah untuk menekan angka perkawinan usia dini. Bayi hasil perkawinan usia dini rentan terkena stunting karena sistem reproduksi yang belum sempurna serta kesiapan mental orang tua yang belum matang. Program ini berhasil. Angka dispensasi perkawinan anak di Jateng yang dikeluarkan Pengadilan Tinggi Agama, menurun dari 14.072 anak di tahun 2021 menjadi 11.392 pada tahun 2022.
Selanjutnya ada Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng atau 5NG yang berfungsi untuk memantau dan menjaga kesehatan ibu hamil. Program yang diinisiasi Ganjar pada tahun 2016 tersebut juga berhasil menurunkan angka kematian ibu (AKI) melahirkan. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Jateng, pada 2021 kasus AKI berjumlah 1.011 kasus dan turun 526 kasus menjadi 485 di tahun 2022.
Program ini juga berhasil menurunkan angka stunting di Jateng. Berdasarkan perhitungan elektronik - Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (ePPGBM), pada 2018 tingkat stunting di Jateng berada di angka 24,4 persen, setahun kemudian pada 2019 turun menjadi 18,3 persen. Â Persentase tersebut terus menurun seiring berjalannya waktu, pada 2020 kasus stunting turun menjadi 14,5 persen, kemudian pada 2021 turun menjadi 12,8 persen, dan terakhir pada 2022 berhenti di angka 11,9 persen.
Di bidang pendidikan Ganjar juga membuat gebrakan dengan membuat sekolah vokasi berasrama gratis bagi anak-anak dari keluarga miskin yang dinamai SMK Negeri Jawa Tengah. Dimulai pada tahun 2014, SMK N Jateng saat ini sudah berdiri di tiga daerah, yakni di Semarang, Pati dan Purbalingga. Tidak hanya dibebaskan dari segala macam biaya, anak-anak keluarga miskin yang bersekolah disana juga dibantu dalam mendapatkan pekerjaan atau melanjutkan pendidikan saat lulus. Belakangan, model pendidikan di SMK N Jateng juga didirikan Ganjar di 15 sekolah lain di Jawa Tengah dengan konsep semi boarding.