Mohon tunggu...
Adib Imanudin
Adib Imanudin Mohon Tunggu... Freelancer - Tukang bikin kopi

Mencintai Indonesia lewat kata- kata...

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Cara Ganjar Wujudkan Mimpi Warganya....

17 April 2023   10:26 Diperbarui: 17 April 2023   10:30 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Supri dan Wati seolah tidak percaya kalau tahun ini mereka bisa merayakan Lebaran di kampung halaman.

Supri, tukang bakso asal Semarang dan Wati penjual jamu gendong dari Sragen. Keduanya sudah belasan tahun merantau di Kota Medan untuk mengadu nasib.

Pulang kampung, apalagi menjelang hari raya seperti Idul Fitri bukanlah pilihan murah bagi mereka. Hitung- hitungannya, bila satu orang membutuhkan ongkos sekitar Rp 1,5 juta sekali jalan dari Medan ke salah satu kota di Jateng, maka tiap orang membutuhkan biaya Rp 3 juta untuk pergi-pulang.

Bila satu keluarga memiliki empat orang anggota, maka biayanya jadi Rp 12 juta. Itu baru untuk ongkos jalan. Belum lagi membeli oleh- oleh, uang pegangan selama di kampung, plus modal untuk memulai lagi usaha saat kembali ke perantauan. Jelas tidak sedikit.

Imam Mahmudi juga tak mampu menyembunyikan kebahagiannya. Guru agama sekolah swasta di Lampung ini bisa berlebaran bersama keluarganya di Solo. Imam sudah 23 tahun tidak pulang kampung karena terkendal biaya.

Program mudik gratis untuk membantu para perantau seperti Supri, Wati dan Imam memang bukan hal baru. Sudah banyak program sejenis yang diselenggarakan berbagai instansi, baik pemerintah maupun swasta.

Namun yang dilakukan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo jelang Lebaran tahun ini sangatlah berbeda.

Jika biasanya acara mudik gratis hanya mengakomodir masyarakat di sekitar Jabodetabek dengan tujuan berbagai daerah di Pulau Jawa, maka Lebaran tahun 2023 ini pria berambut putih tersebut menginisiasi program mudik gratis jarak jauh.

Sasarannya adalah para warga Jateng yang merantau di beberapa provinsi di Pulau Sumatera seperti Sumut, Sumsel dan Lampung.

Puluhan armada bus yang mampu mengangkut 1.550 pemudik dari Sumatera ke Jateng disiapkan. Tidak hanya transportasi, makan sahur dan buka puasa selama perjalanan juga ditanggung oleh panitia.

Ganjar sadar, tidak semua orang bisa menikmati hari raya bersama keluarga karena kendala biaya. Dirinya pun dahulu pernah merasakan hidup susah. Ganjar benar- benar memahami hal semacam itu. Pulang kampung saat hari raya bagi sebagian orang adalah sebuah kemewahan. Namun, Ganjar berusaha mewujudkan hal itu.

Sekedar hadiah kecil bagi warganya yang hidup di perantauan. Setelah dua tahun lebih dihajar Pandemi Covid-19, maka berkumpul dengan keluarga di kampung di momen Lebaran tahun ini adalah hal yang pantas.

Memang tidak murah. Namun Ganjar tidak kekurangan akal. Sejumlah perusahaan swasta yang berbasis di Jateng digandeng untuk membiayai program tersebut.

Supri tentu akan sangat bahagia, setelah menunggu sebelas tahun, pria asal Kedungjati, Kabupaten Semarang itu bisa berlebaran dengan ibunya yang sudah renta.

Begitu juga dengan Wati, beberapa kilogram ikan teri yang dibelinya di Medan bisa dinikmati bersama keluarganya di Tanon, Sragen.

Tidak terbayang apa yang dirasakan Imam, pulang setelah 23 tahun tidak melihat tanah kelahirannya.

Terimakasih Ganjar, karena sudah memimpin dengan hati.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun