Mohon tunggu...
Adib Hilman
Adib Hilman Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Jiwa Muda Pencari Jati Diri | adibhillman.blogspot.com | @Bank_Box

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kurang Efektifnya Tombol Penyeberangan

21 Januari 2014   11:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:37 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_317545" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi/Admin (Kompas.com)"][/caption] Saat ini banyak berserakan di mana-mana tombol penyeberangan untuk pejalan kaki, hal ini disediakan guna memberikan kenyamanan dan ketertiban sehingga dapat meminimalisasi kecelakaan pagi pengguna jalan. Mungkin bagi kalian yang belum tahu karena mungkin di kota kalian masih belum ada tombol penyeberangan, tapi sepertinya ini sudah tersedia di banyak tempat. Bagi yang belum tahu, tombol penyeberangan merupakan tombol khusus bagi pejalan kaki yang akan menyeberang jalan, saat tombol dipencet maka lampu lalu lintas menyala merah dan kendaraan bermotor diwajibkan untuk berhenti, biasanya menimbulkan bunyi "tetot, tetot, tetot" sampai lampu menjadi hijau, memberi kesempatan bagi penyeberang jalan.

13902786791942257695
13902786791942257695
Tapi faktanya pada saat ini, menurut saya tombol penyeberangan ini kurang efektif dibanding jembatan penyeberangan lain, atau mungkin zebra cross di lampu merah "beneran" bukan yang "dibuat-buat" hehehe.... Kenapa saya bilang dibuat-buat, gimana enggak, prosedur menyeberangnya, kita harus memencet tombol yang tersedia sehingga lampu lalu lintas (Lampu Merah) itu menunjukkan warna merah. Jika tidak dipencet, lampu akan hijau terus. Langsung aja, ini faktor yang menyebabkan kurang efektifnya tombol penyeberangan ini, menurut saya loh ya menurut saya. hehe....

Tombol penyeberangan ini banyak yang melanggar karena mungkin penempatan tombol penyeberangan ini tidak tepat sehingga mungkin pengendara berpikir, yang mau menyeberang orang satu aja pake "mencet" dan buat berhenti banyak pengendara. Mungkin karena alasan ini pengendara banyak yang melanggar. Atau mungkin alasan klasiknya yakni terburu-buru.

  • Lebih aman Jembatan penyeberangan

Kenapa lebih aman? Dalam hal ini pejalan kaki tidak perlu repot-repot memencet dan menunggu berhenti pengendara motor tetapi langsung menyeberang via udara. Hehe, ini dijamin aman sentosa.

  • Masih tergolong bahaya

Kenapa? Karena situasi ini terjadi dalam jalan-jalan besar dan terkadang membuat pengendara berhenti secara mendadak, bahkan kadang masih ada yang menambah kecepatan untuk segera melalui lampu penyeberangan padahal sudah ada pejalan kaki yang mulai menyeberang.

  • Boleh jadi penambah kemacetan

Kenapa? Karena banyak yang melanggar, hal ini membuat macet ketika dalam tombol penyeberangan menunjukkan lampu merah, sebagian ada yang menaati dengan berhenti, tetapi sebagian lagi ada yang menerobos. Hal ini alur jalanan menjadi tidak lancar dan bisa menimbulkan kemacetan. Mungkin itu pendapat saya tentang ketidakefektifan tombol penyeberangan itu, ini hanya opini saya, barangkali ada yang ingin menyanggah, membenarkan atau bahkan yang setuju dan tidak setuju sama saya sangat saya hargai. Saya hanya berbagi dan berbagi pendapat. Untuk solusi dalam hal ini adalah"Tergantung diri kita masing", untuk apa dibuatkan peraturan hanya untuk dilanggar, taatilah rambu dan marka jalan karena itu semata-mata demi ketertiban, kenyamanan, dan keselamatan bagi pengguna jalan. Ayo ubah menjadi lebih baik. Peraturan dibuat untuk menjadikannya lebih baik, bukan malah membuat keadaan semakin buruk dengan melanggarnya. Tombol penyeberangan ini memang tidak seefektif jembatan penyeberangan, tapi apa daya ini sudah dibuat dan sudah direalisasikan, tinggal kita bagaimana menyikapinya. Adib Hillman

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun