INDONESIA merdeka dari cengkraman penjajah sudah cukup lama juga, 74 tahun. Kalau diibaratkan manusia, tergolong sudah lanjut usia. Namun, masih panjang jalan yang akan ditempuh. Khusus Sumatra Barat, masih sangat banyak yang perlu dikerjakeraskan. Beragam problema belum bisa cepat diatasi. Warga duafa masih banyak. Anak muda belum dapat kerja. Sarjana pengangguran jumlahnya terus meningkat.
Kita juga belum merdeka dari beragam aksi kejahatan. Korban narkoba terus berjatuhan. Beragam aksi kriminal terus terjadi. Korban kejahatan luka, berdarah, dan tewas mengenaskan sering muncul dalam pemberitaan.
Sebenarnya, beragam program kesejahteraan sudah dilakukan. Tak terhitungkan lagi dana yang digelontorkan untuk kota sampai ke daerah pedalaman. Tapi, keadaan begitu lamban. Entah kenapa sampai demikian. Banyak yang memprihatinkan. Terus-terang, keseriusan sebagian kelompok duafa dalam menjalankan usaha tampaknya masih memprihatinkan. Tak perlu ditutupi. Kita belum merdeka mengatasi beragam kemalasan.
Oleh karena itu, pantas disiplin bantuan diperketat. Mereka yang gagal memanfaatkan bantuan, jangan lagi disupport. Untuk sementara, biarlah mereka belum merdeka. Insyaallah dalam waktu yang tak lama dia akan sadar diri.
Kita berharap, 74 tahun merdeka hidup semakin sejahtera. Nyatanya, semua yang dibeli serba mahal. Terkadang ada lucunya. Garam, bawang, beras, dan beragam kebutuhan dapur masih dari luar negeri. Tanah air kita begitu luas dan subur tapi kita masih belum merdeka mengatasi kebutuhan hidup sehari-hari meski sudah beragam teori kesejahteraan dikembangkan di negeri ini.
Kita bukanlah bangsa pesimis. Mungkin saja 'resep' merdeka itu belum pas kita miliki. Bisa saja ahlinya belum tepat memegang kendali. Ada juga di antara kita yang tak mau mendengar kata para ahli.
Di Sumatra Barat yang kita banggakan, jalan negara semuanya bagus. Jalan provinsi juga mayoritas mulus. Tinggal jalan kabupaten, kota, kecamatan, dan nagari yang perlu jadi perhatian. Terkadang rakyat bertanam pisang di jalan pada musim penghujan.
Lahan terlantar jangan disebut lagi. Masih sangat luas. Banyak areal belum digarap. Luas kolam ikan yang tak berisi juga memprihatinkan.
Kita punya areal sawit yang luas tapi harga sawit tak mensejahterakan. Wartawan bersawit juga hidupnya memprihatinkan.
Daerah ini punya areal gambir menggembirakan, namun petaninya masih hidup memprihatinkan. Meski sudah ada pengolahan gambir modern di Pangkalan, namun kini tak pula berjalan. Beragam problema datang menimpa. Tapi, seakan tak jadi perhatian. Tentu diharapkan pemerintah jangan sampai lepas tangan.
Bagaimanapun juga, tantangan masa depan daerah ini tidaklah ringan. Meski selintas ASN dan keluarganya hidup senang, begitu juga pebisnis agak di atas angin, namun daerah ini membutuhkan cendekiawan, 'cerdikiawan', dan pebisnis yang berjibaku dengan tidak pernah ragu dari waktu ke waktu.