Mohon tunggu...
Adi Bermasa
Adi Bermasa Mohon Tunggu... Jurnalis - mengamati dan mencermati

Aktif menulis, pernah menjadi Pemimpin Redaksi di Harian Umum Koran Padang, Redpel & Litbang di Harian Umum Singgalang, sekarang mengabdi di organisasi sosial kemasyarakatan LKKS Sumbar, Gerakan Bela Negara (GBN) Sumbar, dll.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

74 Tahun Indonesia Merdeka, Menuju Sumbar Lebih Baik

19 Agustus 2019   21:08 Diperbarui: 19 Agustus 2019   21:19 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno, menyerahkan bendera Merah Putih kepada anggota Paskibra pada Upacara Peringatan Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan di Kantor Gubernur, Sabtu (17/8/2019). (FOTO: DOK. KORAN PADANG)

INDONESIA merdeka dari cengkraman penjajah sudah cukup lama juga, 74 tahun. Kalau diibaratkan manusia, tergolong sudah lanjut usia. Namun, masih panjang jalan yang akan ditempuh. Khusus Sumatra Barat, masih sangat banyak yang perlu dikerjakeraskan. Beragam problema belum bisa cepat diatasi. Warga duafa masih banyak. Anak muda belum dapat kerja. Sarjana pengangguran jumlahnya terus meningkat.

Kita juga belum merdeka dari beragam aksi kejahatan. Korban narkoba terus berjatuhan. Beragam aksi kriminal terus terjadi. Korban kejahatan luka, berdarah, dan tewas mengenaskan sering muncul dalam pemberitaan.

Sebenarnya, beragam program kesejahteraan sudah dilakukan. Tak terhitungkan lagi dana yang digelontorkan untuk kota sampai ke daerah pedalaman. Tapi, keadaan begitu lamban. Entah kenapa sampai demikian. Banyak yang memprihatinkan. Terus-terang, keseriusan sebagian kelompok duafa dalam menjalankan usaha tampaknya masih memprihatinkan. Tak perlu ditutupi. Kita belum merdeka mengatasi beragam kemalasan.

Oleh karena itu, pantas disiplin bantuan diperketat. Mereka yang gagal memanfaatkan bantuan, jangan lagi disupport. Untuk sementara, biarlah mereka belum merdeka. Insyaallah dalam waktu yang tak lama dia akan sadar diri.

Kita berharap, 74 tahun merdeka hidup semakin sejahtera. Nyatanya, semua yang dibeli serba mahal. Terkadang ada lucunya. Garam, bawang, beras, dan beragam kebutuhan dapur masih dari luar negeri. Tanah air kita begitu luas dan subur tapi kita masih belum merdeka mengatasi kebutuhan hidup sehari-hari meski sudah beragam teori kesejahteraan dikembangkan di negeri ini.

Kita bukanlah bangsa pesimis. Mungkin saja 'resep' merdeka itu belum pas kita miliki. Bisa saja ahlinya belum tepat memegang kendali. Ada juga di antara kita yang tak mau mendengar kata para ahli.

Di Sumatra Barat yang kita banggakan, jalan negara semuanya bagus. Jalan provinsi juga mayoritas mulus. Tinggal jalan kabupaten, kota, kecamatan, dan nagari yang perlu jadi perhatian. Terkadang rakyat bertanam pisang di jalan pada musim penghujan.

Lahan terlantar jangan disebut lagi. Masih sangat luas. Banyak areal belum digarap. Luas kolam ikan yang tak berisi juga memprihatinkan.

Kita punya areal sawit yang luas tapi harga sawit tak mensejahterakan. Wartawan bersawit juga hidupnya memprihatinkan.

Daerah ini punya areal gambir menggembirakan, namun petaninya masih hidup memprihatinkan. Meski sudah ada pengolahan gambir modern di Pangkalan, namun kini tak pula berjalan. Beragam problema datang menimpa. Tapi, seakan tak jadi perhatian. Tentu diharapkan pemerintah jangan sampai lepas tangan.

Bagaimanapun juga, tantangan masa depan daerah ini tidaklah ringan. Meski selintas ASN dan keluarganya hidup senang, begitu juga pebisnis agak di atas angin, namun daerah ini membutuhkan cendekiawan, 'cerdikiawan', dan pebisnis yang berjibaku dengan tidak pernah ragu dari waktu ke waktu.

Hidup sejahtera adalah harapan banyak orang. Seiring dengan itu, para pencoleng, maling, dan koruptor perlu terus dihabisi. Semakin banyak insan baik di negeri ini, insyaallah rezeki akan berlimpah. Mari, kita pilih pemimpin negeri ini yang suka berbuat baik! *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun