RIKO Efendi dan Sistria, pasangan suami istri pengusaha ini begitu serasi. Keduanya sudah menjalin persahabatan sejak masih sama-sama sekolah di salah satu SMK di Kabupaten Limapuluh Kota, Provinsi Sumatra Barat. Seiring meninggalkan masa remaja dan menginjak usia dewasa, mereka mulai memikirkan masa depan yang lebih baik.Â
Tahun 2004, keduanya sepakat membingkai mahligai hidup baru sebagai pasangan suami istri. Pihak orangtua masing-masing merestui. Alhamdulillah, Riko Efendi bersama perempuan tersayang, Sistria, naik pelaminan membangun rumah tangga yang sudah direncanakan sejak jauh-jauh hari.
Kini, Riko bersama istri, luar biasa sibuknya berbisnis kuliner camilan kue bolu khas berbentuk ikan yang pemasarannya laris hingga ke Riau.
Dalam sehari, usaha camilan yang diberi nama 'Dua Saudara' itu mampu memproduksi sekitar 25 ribu kue bolu. Rasanya enak, gurih, dan nikmat. Tak heran banyak peminatnya. Akan lebih lezat lagi dinikmati sambil minum teh, kopi, atau minuman lainnya, baik pagi, tengah hari, sore, ataupun malam.
"Resep rahasia dapur," begitu Riko berkomentar sambil mengaduk tepung, telur, dan bumbu lainnya, bersama istri, Sistria, di dapur usahanya yang berada di belakang rumahnya di Jorong Tanjung Jati, Labuah Padang, Nagari Vll Koto Talago, Kecamatan Guguk, Kabupaten Limapuluh Kota.
Rezeki sekarang dan mendatang inshaallah selalu berlimpah pada dua pengusaha muda yang taat beribadah itu. Rajin berinfak pada anak yatim dan selalu membayar zakat. Bahkan, Riko dan Sistria sudah memprogramkan naik haji tahun depan.
Berapa untung dari usaha camilannya itu? "Rahasia, Om," jawabnya singkat kepada KORAN PADANG.
Bahkan, dia mengaku dapat tawaran kredit sebesar Rp500 juta lebih dari perbankan. Namun dia masih pikir-pikir menerimanya. Sebab, tanpa kredit, usaha camilannya selama ini berkembang baik. Riko bersama istri juga berencana untuk terus mengembangkan bisnisnya, termasuk membuka outletnya di Pasar Limbanang, Dangung-dangung, atau Payakumbuh, dan daerah lain.
Sayangnya, jalan menuju tempat usaha Riko masih ibarat negeri belum merdeka. Jangankan aspal beton, jalannya masih tanah kerikil ibarat zaman penjajahan 'saisuak'. Artinya, meski tinggal di pelosok, namun pasutri ini tetap teguh merintis bisnis.
Begitulah secuil kisah sukses dua pengusaha muda, suami istri Riko dan Sistria yang usia mereka belum sampai 40 tahun. Mereka juga telah dikaruniai tiga orang anak. Pertama Finki sedang kuliah di UNP, Bima berskeolah di salah satu SMK di Kabupaten Limapuluh Kota, dan si bungsu Nafila tengan menempuh pendidikan di Pesantren Fajar Hidayah, Jorong Padangjapang, Kecamatan Guguk. *