DI Kabupaten Solok, Provinsi Sumatra Barat, cukup banyak warganya yang bergerak dalam usaha rumah tangga. Di antaranya usara rumah tangga kerajinan songket, mukena, rotan, batik tulis, benang mas, ikan kering Bilih Singkarak, dan beragam usaha lainnya. Usaha kerajinan rakyat tersebut merata penyebarannya di kabupaten 'bareh tanamo' itu.
Perajin yang bergerak dengan beragam usaha rumah tangga tersebut sifatnya mandiri. Artinya, dikerjakan sendiri, modal sendiri, peralatan sendiri, dan pemasaran juga dilakukan sendiri.
Di balik kegigihan perajin dengan beragam usaha mandiri yang dimilikinya, namun mereka masih perlu digenjot maksimal. Maklum saja, kehebatan Kabupaten Solok dalam memproduksi beras dan beragam sayuran belum diikuti dengan usaha kerajinan yang masih tertatih-tatih. Rata-rata usaha industri rumah tangga di Kabupaten Solok masih level sederhana. Mereka masih mencari bentuk dan meraba-raba dalam pengembangan usaha dan pemasaran.
Industri rakyat di Solok bisa dikatakan belum sehebat Bukittinggi dan Agam yang sejak lama sudah menguasai pasar Sumbar, nasional, bahkan sampai ke luar negeri.
Oleh karena itu, Kabupaten Solok pantas bangkit mempopulerkan industri rakyatnya. Pemkab Solok perlu lebih serius lagi, terutama dalam membantu segi pemasaran dan promosi. Misalnya saja usaha batik tulis. Jangan biarkan perajin pusing sendiri bagaimana caranya mempromosikan dan memasarkan produknya. Di sinilah pentingnya peran pemerintah. Seperti mengupayakan agar pegawai Pemkab Solok bersedia mengenakan baju batuk tulis hasil kerajinan masyarakatnya pada hari-hari tertentu.Â
Atau hanya khusus untuk eselon ll atau lll, tentu itu tergantung kebijaksanaan kepala daerah. Sama halnya seperti Kabupaten Kulonprogo Jogjakarta yang mewajibkan pegawainya memakai pakaian hasil industri warganya. Bahkan, pelajar di Kulonprogo juga sudah mengenakan seragam resmi produk daerahnya. Dan kini, Kulonprogo semakin terkenal dengan produk industri rakyatnya yang para perajinnya terus meningkat kesejahteraannya.
Ketua Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) Sumatra Barat, Hj. Nevi Irwan Prayitno, dalam kunjungannya ke Kabupaten Solok Rabu lalu (5/9), sangat berharap pada perajin di daerah itu lebih maksimal lagi dalam mengembangkan usaha bisnisnya.
"Kita harus pandai menggaet pembeli ataupun peminat. Jangan dijual terlalu mahal. Kita juga harus pandai melihat momen pemasaran," pesan Hj. Nevi.
"Dengan bergeraknya semua potensi untuk menggerakkan usaha kerakyatan di Kabupaten Solok, semoga kita hidup lebih sejahtera sekaligus kemiskinan tentu menjauh dari mereka yang bekerja keras," lanjutnya.
Sementara, Ketua Dekranasda sekaligus Ketua LKKS Kabupaten Solok, Hj. Desnadevi Gusmal didampingi Kepala Dinas Koperindag, Nasripul Rumka, dan Kepala Dinas Sosial, Editiawarman, menyebut pihaknya terus berusaha dan mendukung industri kerakyatan di daerah itu. Bahkan Desnadevi Gusmal saat ini tengah melaksanakan tahapan ekspor kuliner Rendang Solok ke Brunei Darussalam. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H