MESKI hanya berpendidikan pesantren tanpa menimba ilmu khusus di bidang ekonomi, Nurhusni yang merupakan tamatan Diniyah Putri Padangpanjang mampu jadi pengusaha sukses. Berkat kegigihan, percaya diri, dan pertolongan Allah, dia sudah punya 19 unit binis ritel swalayan yang tersebar di berbagai kota dan perkampungan di Sumatra Barat bahkan luar Sumbar, seperti Riau.
Hanya bermodalkan sekitar Rp1 juta sekitar 20 tahun lalu, Nurhusni membuka usaha kecil-kecilan di salah satu sudut kawasan di Kota Padang. Ternyata jualan Nurhusni laris. Banyak peminatnya. Penyebabnya antara lain lokasi kedainya yang strategis dan mudah dijangkau.
"Selesai Salat Subuh saya sudah melayani pembeli yang berdatangan dan baru tutup pukul 23.00 WIB," kata Nurhusni yang merintis usaha bersama suami tercinta, Guspardi Gaus, yang juga alumni pondok pesantren dan kini aktif jadi pengurus di PGAI Sumbar.
Berkat ketabahan dan melayani pelanggan dengan baik, kedai yang semula sederhana saja ternyata terus berkembang. Kemudian dikontraklah sebuah toko di Jalan Permindo, berseberangan dengan Hotel Rocky untuk dijadikan sebuah swalayan dan diberi nama 'Citra'.
Rezeki memang dekat dengan pasangan alumni pesantren yang terkenal gigih berbisnis ini. Dari Jalan Permindo, usahanya terus melebar. Semuanya terjadi karena sokongan pelanggan yang terus bertambah jumlahnya.
"Resep kami hanya tiga saja, yaitu barang yang dijual harganya murah, lengkap, dan mudah dijangkau.
Sebab, lokasi memang sangat menentukan suksesnya sebuah usaha," terang Nurhusni dalam sebuah bicang-bincang dengan KORAN PADANG, baru-baru ini.
Kemajuan Citra Swalayan yang sudah begitu populer namanya di kalngan warga Sumbar memang berkat semangat bisnis yang begitu besar dari pasangan suami-istri ini. Mereka berani dan tidak takut dalam mengembangkan usaha. Yang perlu adlaah perhitungan matang, jujur, dan jauhi prasangka negatif.
"Dalam berusaha kita juga mesti terus menerus mencitpakan pemikiran positif dalam diri," beber Nurhusni.
Dijelaskannya, aset Citra Swalayan saat ini sudah bernilai miliaran rupiah. Namun Nurhusni menyadari bahwa pencapaian saat ini adalah berkat kerja keras para karyawannya juga yang berjumlah 250 orang. Oleh karena itu, sebanyak 30 persen untung ritel itu disisihkan untuk karyawan. Mereka juga dikkutkan dalam program BPJS. Bahkan, karyawan juga telah mempunya koperasi.
"Penjualan karton bekas senilai Rp20 juta per bulan digunakan untuk pengembangan koperasi karyawan dan kegiatan sosial," beber Nurhusni.
Grup Citra Swalayan saat ini juga sudah mengikrarkan bisnisnya jadi bapak angkat dari Lembaga Koordinasi Kesejahteraan Sosial (LKKS ) Sumbar pimpinan Hj. Nevi Irwan Prayitno dengan binaannya sekitar 250 warga duafa bekerjasama dengan lembaga Baznas Sumbar. Tahap pertama pembinaan bisnis warga duafa itu baru disepakati di lima kota, yaitu Padang, Padangpanjang, Solok, Bukittinggi, dan Payakumbuh. Paling serius baru satu kota, yaitu Solok.
Dalam pertemuan antara pimpinan LKKS Sumbar, H. Parlagutan Nasution dan Hj. Indarefis dengan owner Citra Swalayan, H. Guspardi Gaus, memang sudah terjalin kesepakatan. Bahkan, Direktur Citra Swalayan, Nurhusni, juga sudah berikrar untuk mensupport bisnis warga duafa. Namun, selain Solok, daerah lainnya tampaknya masih belum kuat komitmennya disebabkan dukungan moral dari pemko yang bersangkutan sepertinya belum begitu jelas.
Dalam acara penguatan jaringan mitra kerja LKKS yang diadakan di Padang baru-baru ini, tampaknya utusan empat kota tersebut perlu diberi pemahaman lanjutan. Namun demikian, kata Parlagutan, jika empat kota itu tidak juga memberi sikap yang jelas, maka program tersebut akan dipindahkan ke daerah lain yang bersedia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI