Mohon tunggu...
Adi Bermasa
Adi Bermasa Mohon Tunggu... Jurnalis - mengamati dan mencermati

Aktif menulis, pernah menjadi Pemimpin Redaksi di Harian Umum Koran Padang, Redpel & Litbang di Harian Umum Singgalang, sekarang mengabdi di organisasi sosial kemasyarakatan LKKS Sumbar, Gerakan Bela Negara (GBN) Sumbar, dll.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Habisan-habisan Berobat ke Luar Negeri, Kelumpuhan Ikhwan Sembuh di Sumbar

27 November 2017   21:42 Diperbarui: 27 November 2017   21:43 1009
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekitar 1.000 anak yatim hadir dalam acara nazar Ikhwan Djailani dan menerima beragam hadiah untuk kelanjutan pendidikan anak-anak dhuafa tersebut. Insert:Pengusaha Ikhwan Djailani (baju putih) yang sembuh dari kelumpuhan setelah berurut (pijat) dengan Zulkifli Ali. (DOK. PRIBADI)

IKHWAN Djailani tiba-tiba saja lumpuh. Dalam menjalani kesehariannya, dia hanya bisa duduk. Tidur pun terkadang sambil duduk saja. Semua yang bisa ataupun yang terpaksa dikerjakan sambil duduk saja. Kekuatan Ikhwan hanya berdoa supaya Allah SWT menyembuhkan kelumpuhan yang dideritanya. Dia tidak putus asa dan selalu berharap dalam doanya supaya penyakitnya itu jangan sampai berlarut-larut.

Ikhwan Djailani merupakan Direktur Utama PT Sujainko yang berkantor pusat di Jatiwaringin, Jakarta Timur. Dengan kemampuan finansial yang dimilikinya, dia terus berusaha mengobati kelumpuhannya. Dokter ahli di Indonesia, Singapura, dan Malaysia, sudah dijalangnya. Dari satu dokter ahli ke dokter ahli lainnya. Ikhwan selalu tabah menuruti nasehat dan perintah dokter yang merawatnya.

"Rata-rata dokter yang saya datangi melakukan perawatan dengan sistem terapi. Saya patuh dengan petunjuk dokter tersebut, saya terapi sesuai jadwal. Namun, kesembuhan belum mendatangi saya. Tapi, saya tetap tabah. Kekuatan saya hanya berdoa kepada Allah SWT agar diberi kesembuhan," kata Ikhwan, baru-baru ini.

Mungkin uang bukan masalah baginya yang merupakan seorang pengusaha. Menurutnya, sudah tak terhitung uang yang dikeluarkannya untuk biaya pengobatan. Yang penting, dia berharap bisa sembuh. Bahkan, dalam memimpin perusahaan, dia tetap tidak putus semangat dengan kondisi yang demikian.

"Saat saya dapat kerja dari Kementerian PUPR di Sumatra Barat, meski dalam keadaan lumpuh, proyek tersebut tetap saya awasi dengan serius walaupun saya dibimbing, dipapah, dan diangkat untuk duduk di kursi khusus oleh karyawan saya," kata Ikhwan Djailani menceritakan penderitaannya.

Dalam keadaan lumpuh, dia tetap tekun bekerja. Termasuk hobinya memancing ikan di laut secara terjadwal tetap dilakoninya. Suatu ketika, dia dibopong naik ke atas boat di Bungus Teluk Kabung. Pengemudi boat bernama Zen terenyuh melihat penderitaan Ikhwan. Dia kemudian memberitahukan bahwa bahwa ada tukang urut pijat bernama Zulkifli Ali, warga Kotolalang, Kelurahan Bungus Timur, Kota Padang, Sumatera Barat.

"Bagaimana, Pak Ikhwan? Kita coba berobat ke 'orang pintar' Pak Zulkifli Ali itu? Mudah-mudahan dengan pertolongan Allah, Pak Ikhwan bisa disembuhkan," demikian kira-kira ucapan pengemudi boat, Zen, menawarkan kepada Ikhwan untuk berobat ke 'orang pintar' yang dikenalnya itu.

Ikhwan menerima tawaran itu. Lalu, diboponglah dia ke pondokan Zulkifli Ali. Ikhwan mematuhi petunjuk Zulkifli untuk melakukan pengobatan melalui pijatan secara terjadwal dan rutin. Setelah menjalani terapi pijat yang ketujuh, fisik Ikhwan sudah menampakkan peruabahan yang mencengangkan. Semua urat tubuh Ikhwan kembali seperti biasa.

Kini, Ikhwan tidak lumpuh lagi. Kesehatannya sudah kembali seperti dulu.

"Saya benar-benar bersyukur atas kesembuhan dari kelumpuhan. Saya bernazar memberi makan dan membantu 1.000 anak yatim," kata Ikhwan.

Pada Hari Minggu (26/11/2017), Ikhwan Djailani melepaskan nazarnya dengan mengundang makan siang 1.000 orang anak yatim di Kota Padang dilengkapi dengan belanja dan beragam peralatan sekolah di Masjid Raya Bungus. Keseluruhan biaya yang dikeluarkan Irwan untuk memenuhi nazarnya itu diperkirakan mencapai sekitar Rp400 juta, termasuk untuk biaya beragam alat pendukung untuk suksesnya kegiatan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun