Sangat menarik pemaparan yang disampaikan dua tokoh Minang, Leonardy Harmainy dan Sufyarma Marsidin tentang 'keteladanan dan silaturrahmi'. Leonardy dalam kesehariannya adalah anggota DPD RI, sedangkan Sufyarma Marsidin adalah Guru Besar Universitas Negeri Padang (UNP). Baik Leonardy maupun Sufyarma baru-baru ini tampil di hadapan 150 wartawan anggota PWI Cabang Sumatra Barat di aula RRI Padang membahas Empat Pilar MPR RI.
Sangat menarik apa yang disampaikan oleh dua tokoh Minang itu berkaitan dengan 'Pancasila Sebagai Dasar dan Ideologi Negara'. Begitu juga tentang 'UUD NRI Tahun 1945 Sebagai Konstitusi Negara serta Ketetapan MPR', dan 'NKRI Sebagai Bentuk Negara' serta 'Bhinneka Tunggal Ika Sebagai Semboyan Negara'.
Empat pilar MPR RI itu terus dimasyarakatkan oleh seluruh anggota legislatif pada setiap pertemuan resmi dengan banyak kalangan warga bangsa ini.
Ketua MPR RI era Taufik Kiemas sudah berhasil menelorkan 'Empat Pilar' sebagai pedoman berbangsa dan bernegara bagi seluruh lembaga pemerintahan dan rakyat di negeri ini. Untuk itu, marilah 'Empat Pilar' ini kita jadikan pedoman secara maksimal dalam menyejahterakan bangsa yang besar ini.
Kita tidak menginginkan 'Empat Pilar' ini hanya dijadikan slogan semu yang tidak berarti apa- apa bagi anak bangsa di negeri ini.
Walau banyak pihak sudah berusaha serius memasyarakatkan 'Empat Pilar'ini dari Sabang sampai Merauke dengan menghabiskan dana yang besar, namun beragam problema menimpa anak bangsa ini sebenarnya masih memprihatinkan.
Hanya 'dua kunci' saja sebenarnya menghabisi beragam yang mendera anak bangsa ini, yaitu 'keteladanan dan silaturrahmi'. Inilah pokok bahasan serta inti pembicaraan disampaikan dua tokoh Minang ini, Leonardy Harmainy dan Sufyarma Marsidin, di hadapan 150 wartawan anggota PWI di aula RRI Padang tersebut.
Yang gencar 'menghabisi' korupsi tampaknya baru KPK. Bahkan, KPK yang berniat baik menghabisi penyelewengan di negeri ini seakan dibiarkan jalan sendiri. Sampai ke daerah- daerah 'dirambah' KPK demi bersihnya negeri ini.
Meski lembaga hukum lainnya merata penyebarannya di negeri ini, namun 'aumannya' tidak begitu membahana. Tentu kita tak rela 'roti lezat' itu hanya untuk dibagi- bagi saja sesama oknum berkuasa di pedalaman Indonesia ini. Memprihatinkan, memang.
Sangat pantas 'keteladanan' merata diperlihatkan oleh seluruh aparat di negeri ini. Hindarilah 'membagi roti' yang bukan hak kita tersebut.
Kalau saja seluruh pengendali bangsa dan negara ini benar- benar taat pada sumpah jabatan, dipastikan sudah lama negeri ini sejahtera. Untuk itu, 'Empat Pilar' yang dimasyarakatkan seluruh anggota MPR hendaklah sama- sama dipatuhi dalam arti yang sebenarnya.
Bahkan 'Silaturrahmi', tidak kalah pentingnya untuk diamalkan, seperti harapan Leonardy Harmainy. Mari kita duduk bersama mengatasi beragam problema negeri ini. Jangan saling mencela, memfitnah, dan jelek menjelekkan.
Jika saja kita benar-benar berbuat maksimal berdasarkan kaidah yang ada, termasuk 'Empat Pilar' MPR RI ini, niscaya negeri ini cepat sejahteranya, sesuai keinginan kita bersama. Keteladanan dan silaturrahmi memang sangat dibutuhkan untuk diamalkan oleh semua kalangan yang hidup di negeri ini. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H