Mohon tunggu...
Adi Bermasa
Adi Bermasa Mohon Tunggu... Jurnalis - mengamati dan mencermati

Aktif menulis, pernah menjadi Pemimpin Redaksi di Harian Umum Koran Padang, Redpel & Litbang di Harian Umum Singgalang, sekarang mengabdi di organisasi sosial kemasyarakatan LKKS Sumbar, Gerakan Bela Negara (GBN) Sumbar, dll.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saatnya Baznas Habisi Tuak!

6 Agustus 2017   21:21 Diperbarui: 8 Agustus 2017   13:26 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penggerebekan 1 ton tuak oleh tim gabungan Satresnarkoba Polres Limapuluh Kota, Polda Sumbar, dan Satuan Polisi Pamong Praja Limapuluh Kota, beberapa waktu lalu. (DOK KORAN PADANG)

SANGAT pantas lembaga Badan AmiL Zakat Nasional (Baznas) tampil untuk mendukung usaha warga dhuafa berbisnis gula semut memanfaatkan manisnya air pohon aren.

Kalau air pohon aren diolah jadi gula semut atau saka niro, tentu sangat baik. Namun, manisan pohon aren diolah jadi 'tuak' seperti yang dilakukan sejumlah masyarakat di beberapa daerah di negeri ini jelas menimbulkan problema dan dosa.

Dari berbagai pemberitaan media, sepertinya tuak yang diolah dari manisan pohon aren cukup banyak juga peminatnya. Pasalnya, setiap razia ditemukan tuak dalam jumlah banyak. Tentu, rencananya tuak itu akan dikonsumi banyak orang. Meski tuak haram dan dilarang beredar, namun penangkapan penjual tuak belum rutin dilakukan aparatur terkait.

Pohon aren tumbuh subur di kawasan perbukitan ataupun pegunungan. Di antaranya di selingkaran Gunung Sago, Gunung Bungsu, dan Gunung Omeh di Kabupaten Limapuluh Kota. Di sekitar Gunung Pasaman, Talamau, sampai ke pedalaman Pasaman Barat, serta di kawasan lainnya yang berhawa sejuk pasti tumbuh subur pohon aren.

Mereka yang bergerak dalam bisnis aren ini cukup banyak juga. Rata rata adalah pebisnis tradisional.

Bukan manisan aren saja yang bisa diolah jadi uang. Tapi, pucuk aren juga bisa dijual untuk pembungkus tembakau bagi pecandu rokok tradisional. Sagu dalam pohon enau juga bisa dimanfaatkan untuk bahan baku cendol selain juga digunakan untuk pakan kuda. Bahkan, ijuk enau berguna untuk atap.

Lebih mahal lagi ruyung pohon enau tua dijadikan bahan bangunan.

Dari sekian banyak manfaat pohon enau, hanya saja yang diharamkan satu saja, yaitu mengolah manisan aren menjadi minuman tuak. Meski tuak haram menurut ajaran Islam, namun peminatnya masih banyak. Bahkan, di perkampungan yang tumbuh subur pohon aren ada ahli peracik tuak.

"Mengolah manisan aren jadi tuak lebih menguntungkan, dibanding mengolahnya jadi gula semut atau saka niro," ucap seorang anak muda bernama Almanik, yang bertempat tinggal di Labuh Gunung, Gadut, Limapuluh Kota.

Almanik yang sehari-hari berbinis 'gula semut' mengemukakan bahwa usaha yang dilakukannya tidaklah seberapa untungnya dibanding menjual manisan aren itu untuk diolah jadi tuak.

Dalam forum 'Champion UMKM' se Sumbar yang berlangsung di Padang baru-baru ini, Almanik sangat lancar bicara tentang bisnis gula semut dan tuak itu. Sampai sekarang tidak ada larang an manisan gula aren diolah jadi tuak di kawasan pedalaman yang banyak tumbuh pohon aren. Meski berdosa memproduksi tuak, nya tanya hal itu masih terus berlangsung.

Tidak ada jalan lain, 'bisnis' mengolah manisan aren jadi tuak sudah pantas dihentikan.

Salah satu caranya adalah dengan mengkoordinir mereka un tuk berbisnis gula aren atau gula semut. Disinilah Baznas perlu turun tangan. Inilah yang dimaksud 'dakwah bil hal'.

Dengan fokus memaksimal kan bisnis gula aren, otomatis 'tu ak haram' tidak dikerjakan lagi.

Selama ini kita mendengar 'tuak haram'. Tapi, pemecahan ma salahnya tidak ada. Semoga saja budaya bisnis tuak haram itu bisa dihabisi dari Sumbar kalau pebisnis tuak yang rata-rata berasal dari ka langan dhuafa itu berpindah ke bisnis gula aren. Bisnis tuak, insyaallah berakhir di Sumbar, kalau Baznas punya perhatian dalam hal ini. Ma ri, programkan menghabisi tuak di negeri adat basandi syara', syara' basandi kitabullah ini. Bersama kita sejahterakan pebisnis dhuafa un tuk bergerak dalam usaha gula semut, saka niro. *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun