Mohon tunggu...
Adi Bermasa
Adi Bermasa Mohon Tunggu... Jurnalis - mengamati dan mencermati

Aktif menulis, pernah menjadi Pemimpin Redaksi di Harian Umum Koran Padang, Redpel & Litbang di Harian Umum Singgalang, sekarang mengabdi di organisasi sosial kemasyarakatan LKKS Sumbar, Gerakan Bela Negara (GBN) Sumbar, dll.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Berkaca pada Pola Petani Tradisional dalam Mereguk Kesuksesan

7 Juli 2017   14:39 Diperbarui: 7 Juli 2017   17:11 895
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
NOLA, tamatan SMP yang sekarang berbisnis pepaya di Sungaitarab, Tanahdatar.Harga pepaya di daera itu terbilang murah. Harga tertinggi sebuah pepaya hanya berkisar Rp25 ribu saja. DOK. ADI BERMASA

"Ambiak se lah bara nan ka tuju," kata pendamping kami ketika itu.

Sampai sekarang, petani yang hanya mengandalkan satu komoditi saja sangat beresiko menderita kerugian dan adakalanya terbelit hutang bank yang bikin pusing tujuh keliling.

Sebaliknya, petani tradisional yang gigih, ulet, merekalah yang berpeluang besar mengenyam kesuksesan.

Di Tanahdatar, Sumatra Barat, yang merupakan daerah penghasil sayuran ternama, siapa yang sejahtera? Silakan teliti. Mayoritas yang banyak memetik keuntungan adalah pedagang sayur, bukan petani sayurnya.

Kini, Tanahdatar 'diserang' petani tangguh dari luar daerah. Petani tangguh itu mampu mencapai kesejahteraan. Mereka ulet, banyak kerja dari bicara.

Banyak perkampungan lainnya di Sumbar yang 'diserang' petani tangguh. Bahkan di pedalaman Limapuluh Kota bagian utara, yang sukses beternak ikan gurami adalah putra Jawa Timur dengan rata-rata pendapatannya Rp9 juta hingga Rp10 juta per bulan.

Sementara kolam ikan rakyat banyak dibiarkan terlantar dengan baragam alasan, seperti hama sulit diberantas dan banyak orang yang maling ikan. Bisa saja itu hanya dalih kemalasan saja.

Rendahnya semangat berusaha sebagian rakyat dalam bidang pertanian, perkebunan, dan lainnya, juga berkaitan erat dengan semangat petugas pemerintahan yang sepertinya kurang serius. Kebanyakan mereka hanya menganjurkan, bukan memberi contoh keberhasilan. Untung ada tentara, yang langsung turun ke sawah mendampingi petani dan langsung memberi contoh nyata.

Bagaimanapun juga, dukungan dari lembaga pemerintahan sangat diharapkan lebih maksimal untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat dalam arti yang sesungguhnya.*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun