"Ambiak se lah bara nan ka tuju," kata pendamping kami ketika itu.
Sampai sekarang, petani yang hanya mengandalkan satu komoditi saja sangat beresiko menderita kerugian dan adakalanya terbelit hutang bank yang bikin pusing tujuh keliling.
Sebaliknya, petani tradisional yang gigih, ulet, merekalah yang berpeluang besar mengenyam kesuksesan.
Di Tanahdatar, Sumatra Barat, yang merupakan daerah penghasil sayuran ternama, siapa yang sejahtera? Silakan teliti. Mayoritas yang banyak memetik keuntungan adalah pedagang sayur, bukan petani sayurnya.
Kini, Tanahdatar 'diserang' petani tangguh dari luar daerah. Petani tangguh itu mampu mencapai kesejahteraan. Mereka ulet, banyak kerja dari bicara.
Banyak perkampungan lainnya di Sumbar yang 'diserang' petani tangguh. Bahkan di pedalaman Limapuluh Kota bagian utara, yang sukses beternak ikan gurami adalah putra Jawa Timur dengan rata-rata pendapatannya Rp9 juta hingga Rp10 juta per bulan.
Sementara kolam ikan rakyat banyak dibiarkan terlantar dengan baragam alasan, seperti hama sulit diberantas dan banyak orang yang maling ikan. Bisa saja itu hanya dalih kemalasan saja.
Rendahnya semangat berusaha sebagian rakyat dalam bidang pertanian, perkebunan, dan lainnya, juga berkaitan erat dengan semangat petugas pemerintahan yang sepertinya kurang serius. Kebanyakan mereka hanya menganjurkan, bukan memberi contoh keberhasilan. Untung ada tentara, yang langsung turun ke sawah mendampingi petani dan langsung memberi contoh nyata.
Bagaimanapun juga, dukungan dari lembaga pemerintahan sangat diharapkan lebih maksimal untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat dalam arti yang sesungguhnya.*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H