Mohon tunggu...
Adi Bermasa
Adi Bermasa Mohon Tunggu... Jurnalis - mengamati dan mencermati

Aktif menulis, pernah menjadi Pemimpin Redaksi di Harian Umum Koran Padang, Redpel & Litbang di Harian Umum Singgalang, sekarang mengabdi di organisasi sosial kemasyarakatan LKKS Sumbar, Gerakan Bela Negara (GBN) Sumbar, dll.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mereka Para Perempuan Muda Korban Keserakahan Lelaki

19 Juni 2017   21:32 Diperbarui: 19 Juni 2017   21:33 3566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua perempuan binaan memeragakan selendang buatannya yang siap dipasarkan. (DOK. PRIBADI)

MEREKA semuanya perempuan muda. Rata-rata berusia masih di bawah 30 tahun. Jumlah mereka sekitar 100 orang. Namun, mereka jauh dari ayah dan bundanya. Apa boleh buat, keadaan yang membuat mereka demikian.

Sungguh memprihatinkan nasib para perempuan belia tersebut. Mereka pun tentu tidak menyangka akan menjadi korban keserakahan lelaki. Namun, para pria yang mempermainkan mereka sama sekali tidak dijatuhi sanksi. Mereka bebas, seakan tidak terjadi apa-apa. Sebalikya, yang perempuan diproses aparat berwajib dan dikirim ke Panti Sosial Karya Wanita Andam Dewi, di Sukarami, Kabupaten Solok. Mereka terjaring aparat di tempat hiburan, objek wisata, kafe, dan hotel melati.

Rata-rata mereka diamankan saat razia. Berduaan dalam satu kamar tanpa surat nikah, bahkan tidak jarang, mereka diamankan dalam keadaan semi bugil, pakaian acak- acakan. Tentu, pergaulannya sudah melampaui batas. Ada lagi yang terjaring di kafe saat mendampingi lelaki kencannya dalam ruangan khusus sedang asyik berkaraoke dan ada yang mengikat janji di rumah kontrakan milik ‘tante germo genit’.

Perempuan binaan sedang salat berjemaah. (DOK. PRIBADI)
Perempuan binaan sedang salat berjemaah. (DOK. PRIBADI)
Meski semua wanita usil itu berhasil diamankan, namun si lelaki iseng yang membuat wanita tergoda rayuan, tetap saja ‘selamat’. Entah mengapa, yang tetap 'diasingkan' ke Panti Andam Dewi hanya perempuan. Begitulah, nasib perempuan lemah korban kebuasan lelaki. Merekalah yang menanggung resiko, ulah kegatalan lelaki yang merayunya. Demikianlah sejak dahulunya.

Sudah perlu dikaji lagi ketidakadilan sanksi ini. Sudah pantas rasanya, kedua belah pihak yang berbuat tidak senonoh, keduanya membayar hutang. Aparat pemerintah harus bertindak adil. Perempuan dan pria yang diamankan harus sama-sama 'membayar hutang'. Jangan si perempuan saja yang ditangkap atau diproses. Lelaki pun harus membayar 'uang kenikmatan' secara resmi.

Panti Andam Dewi di Sukarami Kabupaten Solok, tempat rehabilitasi para perempuan yang terjaring. (DOK. PRIBADI)
Panti Andam Dewi di Sukarami Kabupaten Solok, tempat rehabilitasi para perempuan yang terjaring. (DOK. PRIBADI)
Mereka, 100 orang perempuan penghuni panti Andam Dewi itu diamankan di berbagai lokasi, terbanyak di Kota Padang, Padangpariaman, Bukittinggi, Limapuluh Kota, Sijunjung, dan daerah lainnya.

Mereka yang terjerumus ke lembah hitam itu rata-rata penyebabnya minim pengawasan orangtua. Sehingga, mereka tergoda pergaulan bebas disertai rayuan uang menggiurkan dan minimnya pengetahuan agama. Sehingga, batas halal - haram tidak mereka pahami.

Dua perempuan binaan memeragakan selendang buatannya yang siap dipasarkan. (DOK. PRIBADI)
Dua perempuan binaan memeragakan selendang buatannya yang siap dipasarkan. (DOK. PRIBADI)
Seluruh perempuan muda korban para lelaki itu menjalani proses ‘penyadaran’ di Panti Andam Dewi maksimal selama enam bulan. Selama dalam proses penyadaran itu, mereka diberi beragam pelatihan keterampilan, pengetahuan agama serta keilmuan lainnya supaya jadi perempuan baik-baik.

Seluruh biaya yang timbul selama 'disukaramikan' ditanggung Pemerintahan Provinsi Sumatra Barat melalui dana APBD. Kepala Panti Sosial Karya Andam Dewi, Syahbana, mengaku cukup banyak suka dan duka membina perempuan-perempuan yang 'tersesat' tersebut. Adakalanya mereka stres baru masuk ke pembinaaan. Begitu juga gertakan dari ‘becking’-nya supaya membebaskan 'anak asuhnya' serta beragam problema lainnya. *

Kepala Panti Andam Dewi, Syahbana, diabadikan dengan anak binaannya yang dilatih menyulam. (DOK. PRIBADI)
Kepala Panti Andam Dewi, Syahbana, diabadikan dengan anak binaannya yang dilatih menyulam. (DOK. PRIBADI)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun