Yang bersangkutan tidak sakit hati. Ini yang baik. Tidak ada gejolak. Tidak ada pergunjingan. Beres-beres saja. Biasanya 'pejabat tenang' ini adalah dari kalangan pamong senior atau swastawan yang arif dan bijaksana. Kalau gemuk tidak membuang lemak. Kalau pandai tidak sombong. Pepatah Minang pun jadi pegangannya. Yang buta 'paambuih lasuang’, yang lumpuh ‘pangajuik ayam’, yang pekak ’panembak badia’. Ka bukik samo mandaki, ka lurah samo manurun.
Bagi pejabat yang seperti ‘kacang diabuih ciek, kok langan lah bak langan, mamarintah sarupo rajo dirajo, awak se nan hebaik’, inilah yang berbahaya dalam suatu pemerintahan. Tokoh seperti ini luar biasa. Bukan staf saja diutak-atiknya, orang lain pun disuruhnya pindah dari daerahnya. Kontraktor tidak diberinya kerja sebaliknya familinya diprioritaskan dalam beragam pelayanan. Ada pula wartawan yang disudutkannya.
Pemimpin yang bijaksana adalah tokoh memerintah penuh kearifan dan pengertian. Biduk lalu kiambang bertaut’. Semuanya adalah kawan yang dibutuhkan untuk bekerjasama membangun daerah. Tidak ada iri dan dengki. Inilah pemimpin hebat, sejahtera di dunia, masuk surga di akhirat.*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H