Mohon tunggu...
Adi Bermasa
Adi Bermasa Mohon Tunggu... Jurnalis - mengamati dan mencermati

Aktif menulis, pernah menjadi Pemimpin Redaksi di Harian Umum Koran Padang, Redpel & Litbang di Harian Umum Singgalang, sekarang mengabdi di organisasi sosial kemasyarakatan LKKS Sumbar, Gerakan Bela Negara (GBN) Sumbar, dll.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Presiden Sambut Tahun Baru dengan Sarungan dan Nonton Bioskop

2 Januari 2017   17:48 Diperbarui: 2 Januari 2017   18:00 1388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi tahun baru-an di Istana Bogor dengan Sarungan. (Sumber Foto: Akun Twitter resmi Joko Widodo, Presiden Republik Indonesia. @jokowi)

Presiden Joko Widodo bertahun baru di Bogor. Beliau merenung dan menonton bioskop. Sabtu sore (31/12/2016), Presiden Joko Widodo sendirian di salah satu sudut areal kebun raya Bogor yang sejuk dilindungi pepohonan yang rimbun. Bersarung dan kemungkinan baru saja selesai melaksanakan Salat Ashar. Tergambar, Presiden melihat ke depan begitu serius dalam suasana santai.

Malamnya, Presiden menonton film berujudl ‘Cek Toko Sebelah’ di bioskop Botani Square, Bogor. Film itu menampilkan anaknya Kaesang Pangarep, bisnismen kuliner martabak yang ternama di kota kelahirannya, Solo, Jawa Tengah.

Presiden bertahun baru di Bogor itu ditayangkan Metro TV, Minggu (1/1/2017), dalam penggalan berita pukul 09.00 WIB. Bersamaan dengan itu juga ditayangkan suasana menyambut tahun baru di Nusa Tenggara Barat, yang diberitakan tanpa kembang api. Warga NTB berzikir dengan Gubernurnya, Tuan Guru Majdi, yang ternama karena ketokohannya yang luar biasa sebagai pemeluk Islam yang sangat menonjol, dibuktikan dengan beragam pola kerjanya bahwa ajaran Islam itu adalah pembawa keselamatan untuk dunia dan imbalannya sorga bagi mereka yang patuh melaksanakan perintah Allah SWT.

Presiden Joko Widodo dengan bersarung menyendiri di lokasi keteduhan sambil duduk dengan penatapan matanya yang tajam, jelas punya arti dan makna yang dalam kalau direnungkan penuh seksama.

Maklum, Presiden punya tanggungjawab besar untuk kesejahteraan rakyat yang jumlahnya sudah mendekti seperempat miliar. Luar biasa pertambahan penduduk negeri ini yang lapangan kerjanya masih sangat terbatas.

Kalau direka, kesendirian Presiden pakai sarung di sudut keteduhan di Istana Bogor, jelas punya makna yang luar biasa. Bisa saja kita mereka bahwa Presiden tengah 'berkaca diri' tentang suasana kekinian negeri ini serta kerja keras yang perlu dilakukan pada tahun 2017.

Kita pun maklum, sudah banyak program unggulan yang tengah dilaksanakan di Indonesia untuk kesejahteraan masa depan negeri ini. Misalnya pembangunan jalan tol yang sedang giat dilakukan di berbagai kepulauan nusantara. Ada lagi tol laut. Pembangunan rel keretapi di Sulawesi, Papua, Sumatra, dan jutaan proyek besar, menengah, serta kecil, baik fisik maupun mental yang tersebar di sentero nusantara. Semuanya untuk dinikmati generasi masa depan negeri tercinta ini.

Di balik kerja keras pemerintah di bawah komando Presiden Joko Widodo, juga muncul 'tingkah gendang' yang kadang-kadang menimbulkan irama tidak seimbang, terkadang memancing mata untuk melotot dibuatnya. ’Irama gendang’ itu berbunyi antara lain banyaknya tenaga asing dari Cina yang masuk secara ilegal ke negeri ini, isu komunis yang bangkit lagi, terorism dan beragam aksi kejahatan yang tiap hari menghiasi pemberitaan media.

Yang juga tidak habis-habisnya adalah aksi korupsi yang dilakukan pejabat tinggi, menengah, dan rendah di negeri ini. Bahkan yang juga merisihkan, berbagai pemberitaan yang menyudutkan pemerintahan Presiden Joko Widodo, terutama di media online.

Bagaimanapun juga, lembaga pemerintahan yang dipegang oleh anak bangsa yang dipercaya, ada juga kelemahannya. Untuk itu, sangat pantas rasanya semua 'iraman negatif'' perlu terus diantisipasi. Kekompakan semua lembaga pemerintahan mutlak perlu dibina terus-menerus. Jangan sampai ada yang menelikung dan menggunting dalam lipatan.

Semua sorotan, problema, hambatan, dan kritikan, yang muncul ke permukaan agar terus dihadapi, diatasi, dan dicarikan jalan keluarnya yang lebih baik. Bahkan, peran pembantu Presiden, teristimewa kalangan intelijen, jangan sampai salah persepsi memberi masukan untuk dianalisa Presiden.

Semua anak bangsa ini punya tanggungjawab yang besar untuk memajukan negeri dalam arti yang sesungguhnya. Mari kita ciptakan negeri ini mencapai harat sesungguhnya: Baldatun Thaiyibah Warabbun Ghafur. Semoga. *

Padang, 1 Januari 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun