WALIKOTA Bukittinggi, Ramlan Nurmatias, sejak doeloe-nya dipastikan sudah mengakui juga bahwa wanita 'kota wisata' itu sangat banyak yang cantik dengan wajah mempesona. Tutur katanya memikat dan memukau. Kata Pak Wali, cantiknya wanita Bukittinggi karena sering makan rendang. Ada-ada saja gurauan Pak Wali ini.
Yang jelas, wanita Bukittinggi memang cantik-cantik. Memukau dan memikat pendatang. Bisa dibuktikan, rayuan wanita muda ataupun yang dewasa menawarkan produk jualan 'home industri'-nya baik berupa pakaian, beragam kuliner, dan lainnya. Sungguh sapaan untuk singgah maupun menyaksikan dan mencicipi memang membuat 'lintuah' siapa saja yang mendengarnya.
Kecantikan diiringi tegur sapa yang memikat, mungkin saja punya kaitan erat dengan seloroh Pak Wali Nurmatias terkait 'rendang' yang merupakan masakan terlezat di dunia. Apalagi diselingi dengan beragam sayuran segar yang mudah didapat di Kota Bukittinggi.
Sebenarnya, menu seimbang dapat membuat kita -- termasuk wanita Bukittinggi -- selalu tampil dinamis. Di sini pulalah peran Pemko Bukittinggi mensupport warganya untuk terus menerus mengembangkan kuliner ternama, seperti rendang dengan beragam menu lainnya yang setiap hari bisa dinikmati di rumah makan ataupun di warung 'nasi kapau' yang populer sejak lama di kota wisata itu.
Dalam Harian KORAN PADANG terbitan Selasa (27/12), terlihat begitu gembiranya Pak Wali Ramlan dalam acara 'marandang' yang diikuti ibuk-ibuk Kurai. Terlontarlah ucapan Pak Wali, bahwa wanita Kurai cantik karena rutin makan rendang.
Luar biasa acara 'marandang' yang kegiatannya dipromosikan di selingkaran 'Jam Gadang' sebagai salah satu iven memperingati Hari Jadi Kota Bukittinggi ke-232.
Di balik kegembiraan ibuk-ibuk marandang, Dinas Pariwisata Bukittinggi menampilkan acara yang dinilai sebuah ‘blunder’ dan merusak citra kota wisata. Tersebutlah iven 'Bukittinggi Berhijab' yang menuai protes sebagaimana juga diberitakan KORAN PADANG terbitan Selasa (27/12).
Protes itu muncul karena baju kaos yang dibagikan panitia kepada peserta, terutama wanita, begitu transparan. Sehingga, ‘kecantikan’ peserta terlihat begitu berlebihan.
Selain kaos transparan, hijab yang dibagikan dan dinilai tidak pantas dipakai wanita dewasa juga menimbulkan protes. Tidak tanggung-tanggung, protes datang dari Wakil Ketua DPRD Bukittinggi Trismon, dan tokoh vokal Bukittinggi, Yulius Rustam dan Edi Palimo.
Pemerotes mengharapkan pihak inspektorat mengusut pengadaan baju kaos dan hijab yang dibagikan tersebut. Apalagi sumber dananya dari APBD.
Namun pihak Dinas Pariwisata beralasan penyebab kaos dan hijab dibagikan berkualitas rendah karena dana yang terbatas. Jatah hanya untuk 3.500 peserta, tapi peminat membludak sampai 7.000 orang.
Alasan peserta membludak, namun mengurangi wibawa wanita, dengan aurat mencolok disebabkan baju kaos yang ketat dan transparan tentu tidak bisa begitu saja dianggap remeh.
Bagaimanapun juga, KORAN PADANG sudah tampil dengan keindependenannya, berkaitan pujian Pak Wali tentang kecantikan wanita Bukittinggi karena teratur bermenu rendang dan berita ‘kegusaran’ tokoh Bukittinggi karena wanita setempat berkaos ketat yang transparan dalam ivent 'Bukittingggi Berhijab' yang diadakan Dinas Pariwisata setempat. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H