Mohon tunggu...
Adi Bermasa
Adi Bermasa Mohon Tunggu... Jurnalis - mengamati dan mencermati

Aktif menulis, pernah menjadi Pemimpin Redaksi di Harian Umum Koran Padang, Redpel & Litbang di Harian Umum Singgalang, sekarang mengabdi di organisasi sosial kemasyarakatan LKKS Sumbar, Gerakan Bela Negara (GBN) Sumbar, dll.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jokowi, Presiden Masa Kini yang Berani

21 Oktober 2016   09:49 Diperbarui: 21 Oktober 2016   10:00 3568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak terasa, sudah dua tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo yang populer dengan nama beken Jokowi. Mantan Gubernur Jakarta itu berpenampilan sebagai biasa-biasa saja kepala negara. Dia identik dengan baju putih lengan panjang dengan ujung yang digulung. Jarang memakai lambang kepresidenan pada bajunya. Sangat bersahaja. Sama dengan Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno, juga tidak sering memakai lambang gubernur di bajunya yang 'urang awak' poluler menyebutnya 'lambang kalupak jariang'.

Presiden kita ini tidak sangar, dekat dengan rakyat, dan hobi menyantuni langsung warga miskin. Suka blusukan, bertemu mendadak dengan rakyatnya, cekatan, dan cepat mengambil keputusan.

Salahs atu keberanian Presiden Jokowi yang luar biasa adalah mengatasi problema warga miskin yang jumlahnya puluhan juta untuk berobat. Sekarang, meski negara 'mensubsidi' sekitar Rp6,7 triliun untuk berobat warga miskin, namun hal itu bagi Presiden Jokowi bukanlah suatu problema. Melainkan merupakan kewajiban yang perlu dijadikan beban bersama.

Di negara yang damai ini, tidak diharapkan ada rakyatnya yang sakit tidak terobati. Kalau itu terjadi, jelas memprihatinkan.

Bagaimanapun juga, beragam terobosan terus diusahakan agar kesehatan warga miskin terus terpelihara. Meski secara bertahap, tapi ada kepastian.

Kalau rakyat sehat, mereka tentu bekerja. Insan yang bekerja terjauh dari kemiskinan. Sebab, salah satu ciri rakyat miskin adalah malas bekerja. Salah satu penyebab malas bekerja adalah karena badan merasa tidak sehat. Oleh karena itu, sehat adalah modal awal untuk hidup sejahtera.

Kehebatan lain Presiden Jokowi adalah memajukan pembangunan Indonesia secara merata. Papua digenjot, Sulawesi didongkrak, Kalimantan dimaksimalkan, Sumatra digeliatkan. Daerah-daerah di Indonesia ditingkatkan pemeliharaannya.

Yang sangat fenomenal, membangun perkeretaapian di Papua, Sulawesi, Kalimantan, Sumatra, dan menyamakan harga BBM di Papua dengan daerah lain di Indonesia.

Lebih menggemparkan lagi, memvonis tenggelam kapal asing yang menguras ikan Indonesia. Sudah luar biasa banyaknya kapal-kapal yang ditenggelamkan. Benar-benar mengejutkan jagad raya. Hal itu juga tak terlepas dari keberanian Menteri Susi, yang punya gawe menggemparkan berbagai kawasan Samudra di Indonesia, melebihi kehebatan kinerja rekan prianya dalam kabinet Jokowi.

Terkini, Presiden Jokowi bersama pembantunya melibas aksi pungutan liar, siapapun pelakunya. Prajurit dan perwira yang bermain dicopot, bahkan jika jenderal terbukti, tidak ada ampun. Sudah ratusan yang berpakaian dinas terkapar tidak berdaya. Jenderal Tito tidak tidur-tiduran melaksanakan perintah Jokowi: 'tangkap pemeras rakyat'. Terus, Pak! Gempur terus pencoleng uang rakyat!

Bagaimanapun juga, pemerataan pembangunan sangat diharapkan berjalan maksimal di bumi pertiwi ini. Sebutlah pembangunan transportasi yang selalu didesak waktu karena luar biasanya kemajuan. Kemacetan sudah menjadi penderitaan baru bagi penduduk di beragam kota dan propinsi di Indonesia. Sangat pantas pembangunan jalan tol dan kereta api untuk kawasan Sumatra dipacu lebih maksimal lagi. Apalagi jalan kereta api itu sudah ada namun banyak yang 'terlupakan' selama ini.

Di balik sukses semua pembangunan fisik yang sudah dibuktikan oleh Presiden kita , Jokowi, yang energik, tidak kalah pentingnya pembuktian langsung 'revolusi mental'. Bagaimanapun hebatnya hasil pembangunan, kalau mental rakyatnya bobrok, percuma saja hidup sejahtera itu digembar- gemborkan. *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun