Bukittinggi kini semakin 'rancak'. Tidak ada lagi wartawan memberitakan kota ini banjir. Itu pertanda Bukittnggi sudah bersih. Sekarang, mungkin sudah sangat sulit mencari selokan tersumbat di kota ini.
Mudah saja menandakan Bukittinggi sudah bersih. Bukalah surat kabar di musim penghujan. Kalau ‘biasa-biasa’ saja berita dari Bukittinggi, maka selamatlah. Sebaliknya, jika ada berita tentang Bukittinggi kebanjiran, maka itu pertanda kota ini kurang terurus. Beragam problema lingkungan mengemuka dengan yang paling menonjol adalah sampah yang berserakan.
Februari lalu, Walikota Ramlan Nurmatias, dilantik sebagai Walikota bersama Wawako Irwandi. Usai dilantik, kerja nyata langsung diperlihatkan. Masih ada karangan bunga ucapan selamat pelantikan yang belum dilunasi pemesannya, Wako Ramlan sudah bergerilya ke pelosok kota. Dilihatnya selokan, lingkungan perkampungan, dimintanya diam-diam konfirmasi kerja aparat kebersihan, menyelinap ke tengah pasar, disaksikannya taman-taman kurang terurus, jalan utama dan pinggiran yang kurang jelas sistem kebersihan lingkungannya.
Untung, ketika Walikota Ramlan betugas, lokasi tempat pembuangan sampah paling memenuhi persyaratan untuk Sumatra Barat di Kota Payakumbuh sudah berfungsi. Hal itu tentu semakin menguntungkan bagi Bukittinggi. Maklum, kawasan panorama baru sudah jenuh menerima sampah-sampah yang selama ini dibuang oknum masyarakat.
Kini, Walikota Ramlan boleh sedikit lega. Kerja kerasnya membuahkan hasil. Kota wisata ini mampu 'mambangkik batang tarandam'. Setelah Adipura ‘tenggelam’ oleh kotornya Bukittnggi sekitar 20 tahun lamanya, sekarang supremasi kota terbersih itu muncul lagi ke permukaan. Adipura Kirana pun diterima Walikota Ramlan dari tangan Wapres Jusuf Kalla pada acara Hari Lingkungan Hidup, Jumat lalu (22/7), di Kabupaten Siak, Provinsi Riau.
Kita pantas berbangga. Belum setahun jadi 'tugganai' Kota Wisata, Wako Ramlan sudah dapat 'pahala besar', pertanda insan beriman yang Insyaallah masuk surga nantinya bersama warganya yang arif dengan suruhan Islam: ‘Kebersihan Sebagian dari Iman'.
Wako Ramlan dengan jajarannya tentu arif, yang paling payah kerjanya adalah mempertahankan prestasi yang telah diraih. Namun, dari balik prestasi ini juga tergambar bahwa sistem kerja yang digerakkan Ramlan dapat simpati dari staf dan masyarakat.
Boleh jadi dari 'prestasi kota bersih' ini tanda kepatuhan staf juga teruji. Meski belum dilakukan mutasi dengan memunculkan 'kabinet baru', ternyata Walikota Ramlan berhasil mengambil kembali 'rahmat pemerintahan' yang sudah 20 tahun 'terbenam dan hanyut'. Bisa saja ini merupakan ujian bagi Ramlan dalam menyusun kabinet baru. Jangan-jangan kabinet baru 'mencelakakan' prestasi yang diraih. Bahkan, sudah mentradisi ada 'karyawan non-job' yang kerjanya mencelakakan. Maklum saja, kabinet baru butuh penyesuaian juga dalam jangka waktu yang tidak bisa diprediksikan.
Kita tentu tidak ingin hal itu terjadi di Bukittinggi. Kehati-hatian memunculkan muka baru jelas membutuhkan kajian mendalam agar tidak merugikan jalannya pemerintahan. Bersyukurlah Pak Wali Ramlan dengan wakilnya yang juga pamong senior, Irwandi. Tentu semua kebijaksanaan masa depan Kota Wisata ini sudah dikaji dengan matang.
Terkait 'preman' yang agak mendominasi lingkungan di jalanan selama ini, bisa saja dirubah strateginya. Seperti mengerahkan juru parkir perempuan. Untuk tahap awal lakukan ujicoba. Mari kita jadikan Bukittinggi sebagai kota bebas preman. Yang berkuasa adalah pemerintah. Ada polisi, tentara, sipil, legislatif dan yudikatif, dengan warganya yang ramah.
Kalau itu terjadi, kita semua akan senang. Pendatang gampang dan tidak merasa berhutang. Pedagang beruntung, pembeli tidak buntung. Jangan ada yang tertawa, saat yang lain kecewa. Jangan ada yang berlaba saat yang lain teraniaya. Jangan ada yang kenyang saat yang lain 'takangkang'.
Mari sejajarkan Bukittinggi dengan Bandung, Jogjakarta, Denpasar. Begitu terasa kenyamanan saat kita berbelanja dengan tegur sapa yang ramah, senyum manis, disertai harga barang yang terjangkau. Waduuuuh... senangnya! *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H