Mohon tunggu...
Adi Bermasa
Adi Bermasa Mohon Tunggu... Jurnalis - mengamati dan mencermati

Aktif menulis, pernah menjadi Pemimpin Redaksi di Harian Umum Koran Padang, Redpel & Litbang di Harian Umum Singgalang, sekarang mengabdi di organisasi sosial kemasyarakatan LKKS Sumbar, Gerakan Bela Negara (GBN) Sumbar, dll.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pak Presiden, Mohon Hidupkan Lagi Seluruh Jalur Kereta Api

17 Juni 2016   08:01 Diperbarui: 17 Juni 2016   09:08 1218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wakil Gubernur Sumatra Barat, Nasrul Abit, Walikota Sawahlunto, Ali Yusuf, dan Wakil Walikota Ismed, Deputi V Bidang Kebudayaan Kementrian PMK RI Haswan Yunaz, dan beberapa Kepala Daerah di Sumbar meninjau ‘Mak Itam’ di Stasiun Kereta Api, Kampung Teleng, Sawahlunto. (FOTO: KORAN PADANG)

Negeri tanpa kereta api saat ini identik dengan keterbelakangan. Sebab, anak bangsa sudah banyak yang memaklumi bahwa ciri negara atau suatu daerah itu hebat yaitu transportasi utamanya adalah kereta api dan pesawat terbang. Hal itu ditemui di berbagai negara maju di dunia, seperti Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Prancis, Rusia, hingga Cina.

Sebenarnya, Belanda yang pernah berabad-abad menjajah negeri ini -- di samping menguras kekayaan alam -- tampaknya ada juga sisi positifnya. Mereka membangun jalur kereta api seperti di Jawa dan Sumatera. Semua jalur kereta api yang ada di Sumatera dan Jawa dibangun Belanda. Jalur kereta api itu diprioritaskan untuk melayani pribumi dalam memasarkan beragam usahanya untuk dimonopoli VOC dan dipasarkan ke Eropa.

Khusus di Sumatera Barat, jalur kereta api dibangun Belanda dimulai dari Teluk Bayur sebagai pelabuhan pangkalan ekspor, terus ke Payakumbuh dengan emas mangganinya. Lanjut ke Sijunjung dan Sawahlunto sebagai penghasil karet dan batubara. Sedangkan ke Pariaman terus ke Sungailimau diutamakan untuk mengangkut kopra dan hasil hutan lainnya.

Luar biasa cerdiknya penjajah menguras hasil bumi negeri ini yang semuanya bermuara ke Telukbayur, terus naik kapal, langsung berlayar ke Eropa.

Belanda kalah, Jepang masuk. Tak lama kemudian juga bertekuk lutut. Bersamaan dengan itu, kereta api berangsur-angsur kalah pamor. Dari semula mengangkut hasil bumi dan penumpang lambat laun digerogoti satu-persatu hingga akhirnya 'mati kutu'. Manggani ditutup. Karet, kopra, batubara, dan hasil bumi lainnya 'terjun bebas'. Maklum saja, Belanda sudah angkat kaki. VOC tidak lagi berbisnis karena pengusaha Belanda mati dibunuh dan ada juga yang pulang kampung.

Selanjutnya, kereta api peninggalan Belanda diurus apa adanya. Tidak lagi profesional. Satu-persatu kereta api itu berada dalam kesusahan. Setiap kereta api lewat selalu mengumbar bunyi ‘sah, su, sah, su, sah, duuuiiiittt!. Itu saja tiap hari.

Jalur Padangpanjang-Bukittinggi terus ke Payakumbuh tercatat sudah 40 tahun tidak lagi ditempuh kereta api. Sedangkan jurusan Padang-Padangpanjang-Solok-Sawahlunto pulang-pergi, sejak batubara semakin menciut hasilnya dalam waktu 25 tahun terakhir tidak lagi dilalui. Meski diusahakan juga menghidupkannya, tapi, ya, sah, susah, susah, duiiiiiiittt. Begitu berkepanjangan.

Kini kereta api di Sumbar yang aktif hanya rute Padang-Pariaman, dua kali sehari, pagi dan petang. Sekedar penjawab tanya bahwa kereta api masih ada di Sumbar.

Kini, di era Presiden Joko Widodo, kereta api di Sumbar tampaknya mulai menggeliat lagi. Padang-Sijunjung terus ke Selatan dikerjakan lagi rehab jalannya. Begitu juga Padang-Bandara BIM segera dibuka tahun ini, paling lama tahun 2017.

Rakyat Sumatera Barat berharap berkenanlah Presiden Joko Widodo menghidupkan lagi seluruh jalur kereta api yang sudah mati itu. Sebab, ketika kereta api hidup lagi dan pesawat semakin banyak menderu merupakan pertanda bahwa Indonesia sudah maju.

Kita berharap ada keseimbangan. Jalur kereta api di Kalimantan, Sulawesi, Papua dibangun, maka sangat pantas kereta api ke berbagai kota dan daerah di Sumbar yang sudah lama mati dihidupkan lagi. Kurang laweh tapak tangan, jo niru kami tampuangkan pada Pak Presiden Joko Widodo. Hidupkanlah kembali kereta api ke Bukittinggi terus ke Payakumbuh. Meski yang tinggal saat ini hanya stasiun tua tidak terurus dan sudah beralih fungsi, namun kalau kereta api hidup lagi tentu semua stasiun itu akan berfungsi kembali secara maksimal. *

Stasiun Payakumbuh. (DOK PRIBADI)
Stasiun Payakumbuh. (DOK PRIBADI)
Stasiun Piladang, Limapuluh Kota. (DOK PRIBADI)
Stasiun Piladang, Limapuluh Kota. (DOK PRIBADI)
Stasiun Padang Tarok, Agam. (DOK PRIBADI)
Stasiun Padang Tarok, Agam. (DOK PRIBADI)
Stasiun Baso, Agam. (DOK PRIBADI)
Stasiun Baso, Agam. (DOK PRIBADI)
Stasiun keretapi Tanjung Alam, Agam. (DOK PRIBADI)
Stasiun keretapi Tanjung Alam, Agam. (DOK PRIBADI)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun