Mohon tunggu...
Adi Bermasa
Adi Bermasa Mohon Tunggu... Jurnalis - mengamati dan mencermati

Aktif menulis, pernah menjadi Pemimpin Redaksi di Harian Umum Koran Padang, Redpel & Litbang di Harian Umum Singgalang, sekarang mengabdi di organisasi sosial kemasyarakatan LKKS Sumbar, Gerakan Bela Negara (GBN) Sumbar, dll.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bank Nagari Syariah Bertekad 'Jadi Raja di Negeri Sendiri'

14 Juni 2016   13:35 Diperbarui: 14 Juni 2016   13:40 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kepala Cabang Bank Nagari Syariah Padang, Mulyadi Bachtiar

Sumatra Barat, populer dengan sebutan Ranah Minangkabau, memiliki mayoritas penduduk beragama Islam. Masyarakatnya memiliki falsafah adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah. Oleh karena itu, sangat pantas jika perbankan syariah jadi ‘raja di negeri sendiri'.

Ungkapan di atas dikemukakan anak muda bernama Mulyadi Bachtiar, yang sehari-hari bejibaku mengembangkan bisnis perbankan syariah di Ibukota Sumatra Barat, Padang, dengan jangkauan usahanya mencakup Pariaman dan Pasaman Barat.

Bisnis perbankan syariah saat ini memang mulai berkembang pesat di Sumatra Barat. Boleh dikatakan, seluruh perbankan konvensional yang berkantor pusat di Jakarta sudah punya unit usaha perbankan syariah yang beroperasi di Sumatra Barat. Namun, Mulyadi Bachtiar agak ‘istimewa’. Dia tampil memimpin perbankan syariah dengan kantor pusatnya langsung di Sumatra Barat, yaitu Bank Nagari Syariah (BNS), yang seluruh sahamnya milik 'urang awak'.

Menilik posisinya, perbankan syariah yang dipimpin Mulyadi tentu begitu kuat karena pengontrolan dilakukan langsung dari kantor pusatnya.

Namun demikian, Mulyadi Bachtiar mengakui bahwa masih banyak yang perlu dimaksimalkan agar perbankan syariah di Sumatra Barat bisa berkembang lebih baik. Mulai dari sumber daya manusia hingga berbagai program, terobosan, dan inovasi yang perlu dilakukan. Bank Nagari Syariah, katanya, terus memacu semua hal tersebut di jajaran perusahaan.

“Seluruh karyawan dan karyawati masih berstatus dikaryakan dari perbankan konvensional Bank Nagari,” ujarnya, Selasa (14/6).

Dia mengatakan, kebannyakan nasabah masih menganggap perbankan syariah tidak beda dengan bank konvensional. Buktinya, nasabah bertanya, berapa bunganya, kalau menyimpan uang di unit syariah.

“Bayangkan, di lngkungan perbankan syariah sangat tabu sebutan 'bunga'. Tapi yang sebenarnya adalah 'bagi hasil'. Namun, begitulah yang terjadi sehari-hari,” ulasnya.

Menurutnya, perbankan syariah yang bernaung di bawah Bank Nagari Sumatra Barat terus memacu diri untuk bergerak memajukan usaha dan bertekad 'jadi raja di negeri sendiri'.

Khusus Bank Nagari Syariah Cabang Padang, paparnya, jumlah nasabahnya terus berkermbang. Seiring itu, pelayanan kepada nasabah diberikan oleh 59 orang karyawan. BNS juga telah punya dua cabang pembantu, yaitu di Pariaman dan Simpang Empat, Kabupaten Pasaman Barat. Sedangkan kantor kas BNS berlokasi di Jalan Khatib Sulaiman.

“Kami juga sudah masuk ke berbagai perguruan tinggi, seperti Universitas Eka Sakti, Alifah, Taman Siswa, dan IAIN Imam Bonjol,” jelas Mulyadi.

Untumk diketahui, Bank Nagari Syariah Cabang Padang yang berkantor pusat di Jalan Belakang Olo Nomor 36 -- bergandengan dengan Bank Mandiri Syariah dan BNI Syariah -- baru memulai geraknya tahun 2007, setahun setelah dibentuknya Bank Nagari Syariah yang beroperasi tahun 2006.

“Meski usia BNS Cabang Padang baru seumur jagung, namun nasabahnya berkembang cukup pesat. Kini jumlahnya mendekati enam ribuan orang dengan aset sekitar Rp516 miliar dan pembiayaan Rp434 miliar. Kemudian, ada lagi dana pihak ketiga,” ungkapnya

Berbicara tentang persaingan antar perbankan syariah di Sumbar, Mulyadi menjelaskan, sejauh ini tidak ada masalah. Masing-masing sudah punya nasabah dan mitra. Jikapun ada, persaingan itu terbilang sehat dan tidak ada saling ‘mematikan’.

Namun, banyak kalangan mulai berharap atau setidaknya membuka wacana agar Bank Nagari Syariah juga menjalin kemitraan dengan PNS, sebagaimana yang telah diterapkan selama ini di unit konvensional. Bahkan terobosan masuk pesantren, nagari, desa dengan memunculkan Baitul Mall dengan pengawasan ketat juga pantas dilakukan BNS. 

Hal demikian sebagai perwujudan tekad yang diikrarkan 'jadi raja di negeri sendiri'. Perbankan syariah di lingkup BNS jangan sampai ibarat 'ayam bertelur di atas padi mati kelaparan'. Tercecer dari perbankan syariah lainnya yang berkantor pusat di ibukota Jakarta. Buktikan BNS bisa maju pesat di Ranah Minang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun