[caption caption="Walikota Bukittinggi, Ramlan Nurmatias, saat sidak jajaran Satpol PP Bukittinggi. FOTO | HUMAS PEMKO BUKITTINGGI)"][/caption]TEKAD Walikota Bukittinggi, HM Ramlan Nurmatias, untuk mendapatkan Piala Adipura tahun ini membuka mata khalayak tentang kotornya Kota Bukittinggi selama ini. Bayangkan saja, terakhir kali Bukittinggi menggondol Piala Adipura itu tahun 1997 silam. Artinya, sudah 19 tahun lamanya Bukittinggi kotor. Sejak tahun 1998 sampai sekarang, Bukittinggi tidak lagi mampu meraih Piala Adipura yang merupakan predikat bergengsi sebagai kota terbersih di Indonesia itu. Padahal, Bukittinggi sudah terkenal ke seantero dunia sebagai kota wisata.
Kenyataan ini memang terasa memalukan. Sampah berserakan di mana-mana di Kota Jam Gadang itu. Got atau drainase tersumbat, pasar centang-perenang. Parkir kendaraan sesukanya saja. Semuanya itu sungguh memprihatinkan.
Kotornya Bukittinggi secara fisik, tentu tidak serta-merta membuat ‘hati’ warganya juga demikian. Apalagi, Bukittinggi terkernal dengan ketaatan warganya dalam beribadah pada Allah. Masjid dan musalanya bagus-bagus. Bahkan kita pun merasa bangga, pada musim Khatam Alquran warganya 'baralek gadang'. Dapat dikata, sungguh luar biasa syiar Islam di kota itu.
Namun, di balik semua itu Walikota Ramlan Nurmatias berhasil menggelitik warganya dengan kejutan. 'Sudah lama kota ini tidak meraih Adipura, lambang kebersihan'. Kita pun tersentak.
Walikota yang belum cukup sebulan menyandang jabatannya itu berhasil mengagetkan mereka yang 'tidur pulas'. Warganya, termasuk aparatur pemerintahan terkejut. Mereka diberi 'katan indak bakarambia' oleh Pak Wali. Lemparan kata Walikota Ramlan sangat menyentak. Kota ini kotor. Perlu dibersihkan.
Tantangan Walikota Ramlan tidak perlu diperdebatkan. Tidak perlu pula didiskusikan. Tidak perlu pula dicari siapa yang salah. Tidak perlu pula diperbincangkan siapa yang harus bertanggungjawab mengatasi kota yang kotor ini.
Walikota Ramlan memang berhasil menggelitik warganya berkaitan dengan persoalan kekotoran ini. Dia masuk kampung ke luar kampung. Dilihatnya selokan tersumbat. Dilihatnya warga kota membuang sampah sembarangan. Sungguh luar biasa warga kota dengan kekotorannya yang seakan sudah ‘membudaya’.
Bersih. Itu baru satu dari sekian banyak program unggulan Ramlan. Tapi, apakah staf dan warga Bukittinggi tidak tersentak dengan 'program kejut' Walikota Ramlan itu? Kejutan yang dimunculkan Walikota Ramlan itu sebenarnya sangat sederhana, 'bersihlah'. Tidak lebih dari itu.
[caption caption="Walikota Bukittinggi, Ramlan Nurmatias, saat blusukan ke sejumlah lokasi di Kota Bukittinggi dan menemukan sejumlah sampah di saluran air. (FOTO | HUMAS PEMKO BUKITTINGGI)"]
Selama ini kita sudah terpesona dengan ramainya Kota Bukittinggi yang dikunjungi wisatawan dari berbagai daerah dan belahan dunia. Namun, keterpesonaan tersebut ternyata ada yang sebenarnya terlupakan selama ini, yaitu ‘memelihara kebersihan’.
Kita sangat mengharapkan pernyataan Walikota Ramlan itu hendaknya menjadi tantangan bagi semua pihak. Semua kalangan di kota wisata ini wajib memperlihatkan 'jati diri bersih' dalam arti yang sesungguhnya.
Kita percaya, masih banyak ‘kejutan-kejutan’ lain yang akan dimunculkan Walikota Ramlan melalui berbagai programnya. Tapi, untuk pertama cukup dulu, bersediakah warga kota ini menciptakan program 'hidup bersih' yang sesungguhnya? Bersih lingkungan, bersih pikiran, bersih pekerjaan, bersih nurani, bersih pergaulan, bersih semuanya dalam arti yang sebenarnya.
Walikota Ramlan isyaallah mampu tampil jadi panutan dengan prinsip bersihnya.
Sudah sepantasnya pula, PNS di kota wisata ini yang tidak ingin 'bersih', dan tidak sejalan dengan prinsip 'Tungganai' kota ini mencari ‘jalan terbaik’ untuk menghindar dan tetap seperti ‘nan taraalah’, hidup kotor, berlumpur penuh noda dengan beragam cacat dan celanya.
Bagaimanapun juga, kita berharap pada warga Bukittinggi, terutama sekali seluruh perangkat pemerintahannya untuk bekerja keras mengembalikan kejayaan yang sudah cukup lama tercerabut dari kota ini yaitu hidup bersih dalam arti sesungguhnya.
Sebenarnya, terlalu ringan 'PR' yang dimunculkan Walikota Ramlan. Hanya 'hidup bersih'. Tidak sulit sebenarnya untuk melaksanakan itu. Namun, kita tunggu saja bagaimana aksinya di lapangan.
Kalau saja Bukittinggi tetap tidak mampu meraih Piala Adipura yang sudah lepas sejak tahun 1998 lalu, maka sungguh memprihatinkan. Kebersihan setengah dari iman sepertinya hanya sekadar untuk diucapkan saja. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H