Mohon tunggu...
Adi Bermasa
Adi Bermasa Mohon Tunggu... Jurnalis - mengamati dan mencermati

Aktif menulis, pernah menjadi Pemimpin Redaksi di Harian Umum Koran Padang, Redpel & Litbang di Harian Umum Singgalang, sekarang mengabdi di organisasi sosial kemasyarakatan LKKS Sumbar, Gerakan Bela Negara (GBN) Sumbar, dll.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Markas Warung Padang 'Diserbu'

21 Februari 2016   12:44 Diperbarui: 21 Februari 2016   13:14 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="PENGUSAHA Nasi Uduk Lamongan, Lili, berjualan dekat Hotel Pangeran's Beach Padang. (FOTO | DOK. PRIBADI) "][/caption]

SUMATRA Barat yang disebut juga sebagai Ranah Minangkabau terkenal dengan ‘warung Padang’-nya. Boleh dikatakan, Warung Padang sudah mendunia. Khusus di Indonesia, jangan disebut lagi. Sampai ke pelosok dapat ditemukan Warung Padang. Asal banyak penduduknya maka di sana pasti ada Warung Padang. 'Hanya di bulan saja yang belum ada Warung Padang', demikian ungkapan kebangggaan atas hebatnya orang Padang berjualan nasi.

Mereka yang berusaha dalam bisnis 'Warung Padang' tersebut, awalnya memang dirintis warga Padang, Ranah Minang. Namun, saking populernya Warung Padang, akhir-akhir ini trademark ‘Warung Padang’ tersebut sudah banyak dicaplok warga lain yang bukan asli orang Padang.

Lihatlah di berbagai kota di Indonesia, terutama daerah baru seperti Batam. Banyak pemilik Warung Padang di sana pemiliknya bukan orang Padang, melainkan warga 'keturunan'. Ada Tionghoa, India, dan lainnya. Begitu juga hingga ke berbagai negara di Asia Tenggara, seperti Malaysia. Pemiliknya bukan orang Padang. Namun demikian, ‘Warung Padang’ itu masih tetap mempekerjakan orang Padang, minimal sebagai tukang masak atau isitlah kerennya, ‘chef’.

Memang, sekarang pengleola Warung Padang tidak lagi didominasi 'si Padang'. Siapa saja boleh bergabung untuk menjalankan bisnis Warung Padang asal ada kesesuaian sistem kerja. Hal itu membuat resep masakan Padang yang sebenarnya tabu diketahui, tidak lagi berlaku. Keterbukaan manajemen Warung Padang menyebabkan kerahasiaan resep yang dulunya turun-temurun sekarang sudah menjadi ‘rahasia umum’.

Di Kota Padang yang menjadi titik asal Warung Padang, bisnis kuliner ini juga sudah banyak dikelola warga keturunan Tionghoa. Pengunjungnya pun luar biasa ramainya. Di antaranya berada di Jalan Hiligoo, Jalan Karya, dan Jalan Ujung Gurun.

Harmonis dengan Kuliner Jawa

Di saat warung Padang sudah begitu terkenal di Indonesia, nyatanya markas Warung Padang di 'Ranah Minang' sejak 10 tahun terakhir juga 'diserang habis-habisan' oleh kuliner dari Pulau Jawa, yaitu nasi uduk.

Saat ini nasi uduk yang memiliki ciri khas goreng lele, gurami, bebek, ayam, dan burung merpati boleh dikatakan sudah menyerbu sampai ke pedalaman Sumatra Barat. Khusus di perkotaan, hampir di setiap sudut jalan utama ditemui warung nasi uduk yang banyak disinggahi pencinta masakan Jawa.

[caption caption="Bebek goreng yang gurih dan lezat. (FOTO | DOK. PRIBADI)"]

[/caption]

Nasi uduk ini yang menonjol adalah beragam gorengannya yang dibumbui cabai manis-manis , dibumbui beragam sayuran mentah yang sebelumnya sudah dicuci bersih. Sementara, rasa asam dan pedasnya kurang terasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun