Mohon tunggu...
Adib Budi Darma
Adib Budi Darma Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa PPG Prajabatan

Saya adalah Mahasiswa PPG Prajabatan yang mempunyai hobi bermain musik dan sepak bola.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penerapan Filosofi KHD dalam Memberantas Kekerasan di Sekolah

16 Februari 2024   19:12 Diperbarui: 16 Februari 2024   19:19 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kekerasan di lingkungan sekolah menjadi sebuah hal yang memilukan di dalam dunia Pendidikan. Fenomena seperti itu hampir setiap tahun terjadi dan masih belum ada cara ampuh untuk menghentikan kekerasan di dalam lingkungan sekolah. Bahkan pada tahun ini kasusnya kian masif terjadi baik di jenjang SD, SMP, maupun SMA. Para siswa yang harusnya mendapat kenyamanan dalam proses pembelajaran justru malah gelisah dan panik dengan berbagai pemberitaan terkini tentang kasus kekerasan di sekolah. Hal itu harusnya menjadi sinyal keras bagi pendidikan nasional karena seharusnya sekolah menjadi wadah ekosistem yang nyaman bagi peserta didik sehingga dapat meraih berbagai prestasi di sekolah. Dilansir dari Kompas.id jumlah kasus kekerasan di lingkungan Pendidikan sepanjang 2023 sebanyak 136 kasus dan 339 korban dengan 19 orang diantaranya meninggal dunia. Pemrolehan data diatas dihimpun oleh Yayasan Cahya Guru yang diketuai oleh Mukhamad Mukhlisi. Beliau menambahkan jika dalam sepekan hampir terjadi 2-3 kasus kekerasan yang terjadi disekolah.

Kasus kekerasan terbaru yang  terjadi adalah kasus yang di Demak yaitu seorang peserta didik tega membacok Guru Ketika asesmen tengah semester sedang berlangsung. Kejadian itu terjadi karena seorang siswa tidak diperbolehkan ikut ujian lantaran belum mengumpulkan tugas. Lalu kejadian yang sedang  hangat diperbincangkan adalah  kasus siswa SD di Gresik. Kejadiannya sangat tragis yaitu seorang siswa SD dipalak dan dicolok matanya sampai buta oleh kakak kelasya sendiri. Namun respon dari pihak sekolah seakan tutup mata tentang kasus tersebut hingga keluarga telah menyerahkan nama terduga pelaku penusukan ke kantor polisi walaupun usianya masih dibawah umur. Kejadian yang terakhir yaitu kasus di cilacap, seorang siswa dipukuli bertubi-tubi oleh siswa lain dan yang paling aneh kejadian tersebut sambil direkam hingga tersebar ke media sosial yang membuat kasusnya menjadi viral.

Dari kejadian kekerasan di sekolah yang terjadi secara berulang  membuat Dewan Pengurus Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) menyayangkan kasus kekerasan disekolah akhir-akhir ini dan menyinggung keberadaan Permendikbudristek Nomer 46 Tahun 2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Satuan Pendidikan. Dalam keterangan rilis di Detik Edu pada Kamis (28/9/2023) Koordinator P2G Satriawan mengatakan Permendikbudristek PPKSP hanya galak di tulisan namun sangat lemah pada implementasi di Sekolah bahkan Guru, siswa, dan Orang Tua banyak yang belum mengetahui tentang aturan tersebut karena sosialisasi yang kurang optimal.

Di sisi lain dengan maraknya kasus kekerasan di sekolah membuat peran Orang Tua harus lebih ketat dalam mengawasi dan mengontrol anak - anaknya dengan memperhatikan kegiatan dan kebiasaan sehari-hari yang dilakukan  anaknya serta membatasi dalam penggunaan gawai karena pada tahap perkembangan anak usia dewasa dan remaja masih sangat lemah dalam menyaring informasi dan menangkal berita yang berisi konten negatif dan sifatnya membahayakan bagi anak itu sendiri. Dikhawatirkan tanpa pengawasan Orang Tua sang anak justru cenderung meniru hal – hal buruk dari media sosial hingga berjung pada suatu tindak kekerasan. Sebenarnya dalam kurikulum merdeka Guru memberikan pendidikan karakter dan moral bagi peserta didik melalui materi Profil Pelajar Pancasila, namun cenderung fokus dalam proyek kegiatan sekolah sehingga belum menjadi habitus pembentukan ekosistem kebudayaan di sekolah. Sebenarnya dalam pemberantasan kasus kekerasan di sekolah harus diawali dengan melakukan pendekatan kepada peserta didik dengan cara memperhatikan kenyamanan dan karakteristik peserta didik, serta guru juga harusnya menjadi role model atau contoh panutan sikap tentang cara mencegah kasus kekerasan di sekolah.

Untuk mewujudkan hal tersebut ada baiknya guru mengaplikasikan materi tentang bahaya kekerasan di sekolah lewat media pembelajaran yang inovatif agar siswa juga dapat lebih antusias dan dapat memahami materi tersebut dengan harapan dapat diapliksikan ketika pembelajaran di kelas maupun di lingkungan masyarakat. Guru juga harus merelevansikan dengan konsep dan pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam landasan mengajarnya karena pemikiran KHD menjadi kunci utama dalam membentuk karakter dan sikap peserta didik agar terhindar dari kasus kekerasan di sekolah.

Dalam konsep pemikiran KHD terdapat kodrat alam dan zaman. Hal itu sangat penting untuk diterapkan kepada peserta didik karena didalam kodrat alam terdapat aspek yang membahas tentang kultur budaya, karakter, dan sikap peserta didik agar menjadi pribadi yang baik dengan berpegang teguh pada nilai-nilai dalam pancasila. Lalu untuk kodrat zaman guru mengarahkan siswanya dengan memberi literatur terkini yang berdampak signifikan dengan perubahan perilaku siswa. Keadaan dan kondisi psikologis peserta didik ketika berada di dalam kelas pastinya berbeda satu dengan yang lainnya karena faktor dan latar belakang yang berbeda, untuk itu guru harus menggunakan sistem among yaitu pembelajaran dengan welas asih tanpa membedakan siswa satu dengan yang lain, jadi semua siswa merasa mendapat ketulusan dan kasih sayang dari seorang guru agar tercipta kenyamanan di kelas dan membuat siswa selalu melakukan tindakan yang positif. Lalu yang tak kalah pentingnya peserta didik juga diajarkan untuk memaknai keberagman sosio kultural dan nilai-nilai luhur yang ada pada setiap daerah agar peserta didik mencerminkan nilai-nilai kebaikan dan pembentukan karakter sesuai dengan daerahnya masing-masing agar terhindar dari hal yang buruk atau perilaku menyimpang. Dengan menerapkan pembelajaran berdasarkan konsep dan pemikiran KHD harapannya peserta didik dapat menghindari dan mencegah kekerasan di lingkungan sekolah. 


                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun