Mohon tunggu...
Adi Bayu
Adi Bayu Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Saya Humoris

Saya Humoris

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Data Journalism, Genre Baru Media Online

1 April 2017   09:23 Diperbarui: 1 April 2017   18:00 1319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melanjutkan,big data tidak lepas dari thickdata yaitu pemaknaan dari visualisasi, grafis, menggunakan cerita (story telling) hingga menghasilkanargumen kuat melalui big data. Dalam hal pemerintah, seluruh data yang berasal darikementrian, lembaga pemerintah, pemerintah daerah berbagai instansi lainnyaakan diintegrasikan di sini. Pada saat yang sama, bekerja dengan kelompok masyarakat dan media, pemanfaatan data tersebut juga terus didorong menjadi kian intensif. Dalam hal portal media berbasisinformasi jurnalisme data seperti pada portal tirto, kumparanberitagar, tempo (ada jurnalisme data), The New York Times, The Texas T ribune,The Los Angeles Times, financial times, The Guardian dll. 

Misalkan saja ketika kita ingin membacaportal onlineThe Guardian dari Inggris yang menyediakan blog data The Guardian .Media online ini secara khusus tidakmenganggap dirinya sebagai badan yang mencuri keuntungan/non-profit. Padaportal online  datablog The Guardian menyajikan kasus data pelanggaranHAM sejak tahun 1700-2015 . Pengelompokan kasus HAM inidikelompokkan menjadi beberapa kategori seperti kesehatan, keskeadilan, disability, keluarga, anak-anak, privat,korban kejahatan dll. Pada portal berita New York Times, terdapat video menampilkan diagram grafik, aktivitas manusia, peta wilayah, serta visual menarik. Contoh berikutnya, publik mendapatkan informasi kondisi California berdasarkan peta 2015 &2017, diagram garis, serta visual pegunungan salju.

Pada portal berita online Indonesia, kasus panama papers yang diangkat oleh tempo merupakan produk dari jurnalisme data. Tempo mengangkat kasus ini secaramendalam mengenai “Jejak Korupsi GlobalDari Panama” meskipun masih berupa ringkasan cerita. Pada portal melalui tulisan-tulisan yang jernih(clear), mencerahkan (enlighten), berwawasan (insightful), memiliki konteks(contextual), mendalam (indepth), investigatif,faktual, didukung banyak datakuantitatif dan kualitatif baik skundermaupun primer, serta dapat dipertanggungjawabkan.Tirto.id menghadirkan data-data, kronologi peristiwa, info grafik, analisismedia massa, video grafik dll. 

Hal serupa jugaterjadi pada Beritagar.id dengan menampilkandata-data melalui pemberitaanya. Misalkansaja berita mengenai  ‘Hari Sarapan atau Pekan Sarapan’ melaluipandangan hari sarapan nasional, manfaat sarapan, tingkat kecukupan energypenduduk >>55 tahun . Adanya kumpulan data dikemas sedemikian rupa sehingga publik memiliki carabaru dalam memahami serta pola pikir yang luas terhadap infomasi. Contoh selanjutnya pada portal berita online tirto.id secara ringkas menjelaskan mengenai matinya perusahan ojek online misalnya di Jakarta. Adanya visual info grafik yangmemberikan pemahaman kondisi yang ‘mati’ dan ‘bertahan’ dalam gempuran  persaingan ojek online. 

Publik dapat memilih tulisanberwarna biru pada artikel atau biasa disebut hypertext. Setelah klik, publik jugaakan mendapatkan info selanjutnya berbasis data info grafik. Dalam hal info grafik, wartawan harus bisa menuangkan datamelalui visualisasi dan mahir dalam penggunaan komputer khususnya mendesaininfo grafik dalam memikat hati publik sehingga mendapatkan view terbanyak dikunjungi.  

Dengan seiringnyaperkembangan teknologi, jurnalisme data akan semakin marak diIndonesia sehingga mengikuti konsep portal onlinekumparan, tirto dan beritagar. Mau tidak mau, kenyataan ini harus diterimaoleh masyarakat demi informasi cerdas dan unggul karena mengutamakan datasebagai pemberitaan. Jurnalisme data,wartawan mempunyai cara pendekatan baru kepada masyarakat dengan membangkitkanmedia online khususnya spesifikasi‘data’ melalui artikelnya. Selain itu, dengan menganalisis data menjadi suatucerita, harus selalu berpedoman terhadap aturan seperti Kode Etik

Wartawan harus selalu belajar dalammenganalisis, memvisualisasi serta menggunakan keterampilanya dalam menulishingga menjadi produk jurnalisme data yang berkualitas. Perspektif baru dalamdunia jurnalisme ini menonjolkan aspek visual warna-warni untuk sebuah cerita. Menjadi tantangan jurnalisme data yaituadanya data-data masyarakat semakin besar, publikasi data dari setiap media membludak, munculnya aplikasi-aplikasibaru sebagai upaya untuk membaca data, media profit akan berlomba-lomba untukmendapatkan rating terbaik sebagai situs paling banyak dikunjungi dennganmenampilkan jurnalisme data, situs pemerintah semakin meningkatkan kinerjanyadalam menampilkan data kepemerintahan dan adanya output terbaru dari media online mengenai jurnalisme data sehinggabelum tentu setiap PC/Laptop dapat mengaksesnya.

Ya, hal-hal tersebut merupakan tantangan yang harus diperhatikan oleh pemilik media. Dengan membanjirnya data, jurnalisme ini akan berkembang di semua negara. Tentunya akan berpengaruh juga terhadap profesi wartawan yang beralih dari konvensional hingga menempati posisi ini. Pelatihan juga dirasa perlu bagi wartawan data, jadi tidak hanya mengumpulkan lalu menulis saja, perlunya keahlian menafsirkan dan menganalisis data secara detail. Hasilnya, publik akan terus mempercayai pemberitaan media tersebut sebagai referensi informasi. Apapun pilihan penyampain berita oleh media saat ini, kita tidak hanya diam saja, bersikap kritis itu perlu apabila merasa ada hal keliru terhadap pemberitaan. Oleh karena itu, marilah kita siapkan era kebangkitan jurnalisme data sebagai masa depan pemberitaan dengan sikap kritis terhadap media.

Sumber :

Yudiantika. Rizki. A. (27/07/2016).Jurnalisme Data dan ‘Big Data.Diakses Kamis 30 Maret 2017 : 

Data-driven journalism: what is there to learn? (2010). Data-drivenJournalism Roundtable. Amsterdam: EuropeanJournalism Centre. Baca juga buku dan panduan jurnalisme data yang diinisiasi oleh European JournalismCentre dan the Open KnowledgeFoundation.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun