Nama: Adib Ahmad Abdullah
Kelas : HI 7B
Latar Belakang
Konflik nuklir di sememnanjung adalah salah isu keamanan internasional yang harus di perhatikan oleh dunia internasional, konflik ini sangat kompleks karean melibatkan beberapa negara seperti Korea Utara, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.
Konflik di Semenanjung Korea berakar dari pembagian wilayah setelah Perang Dunia II, ketika Korea dibagi menjadi dua zona pendudukan oleh Uni Soviet di utara dan Amerika Serikat di selatan. Pembagian ini menyebabkan terbentuknya dua negara dengan ideologi yang berbeda: Korea Utara yang komunis dan Korea Selatan yang kapitalis[1]. Ketegangan meningkat menjadi Perang Korea pada tahun 1950, yang berakhir dengan gencatan senjata pada tahun 1953 tanpa perjanjian damai, sehingga secara teknis kedua negara masih dalam keadaan perang. Konflik ini diperparah oleh persaingan ideologi selama Perang Dingin, di mana kedua belah pihak menerima dukungan militer dan ekonomi dari blok mereka masing-masing. Hingga kini, ketegangan terus berlanjut, terutama dengan perkembangan program nuklir Korea Utara yang menambah kompleksitas situasi.
Â
Program senjata nuklir Korea Utara memiliki dampak signifikan terhadap stabilitas keamanan di Asia Timur. Negara-negara di kawasan ini, termasuk Jepang dan Cina, juga terpengaruh oleh ketegangan yang meningkat[2]. Kebijakan isolasi yang diterapkan oleh Korea Utara dan ancaman nuklir yang terus-menerus menambah kompleksitas situasi ini.
Â
Dampak dari Konflik Semenanjung Korea terhadap Cina
Â
      Konflik di Semenanjung Korea berdampak di berbagai bidang terhadap Cina. Dalam bidang keamanan, konflik ini menimbulkan ketegangan yang signifikan terhadap stabilitas keamanan di Asia Timur, yang memaksa Cina untuk memperkuat militernya di kawasan tersebut. Cina merasa perlu untuk meningkatkan kesiapsiagaan militernya sebagai respons terhadap potensi ancaman dari ketidakstabilan di semenanjung, serta untuk melindungi kepentingan strategis dan keamanan nasionalnya. Peningkatan aktivitas militer Cina di kawasan ini dapat memicu perlombaan senjata dan meningkatkan ketegangan dengan negara-negara tetangga seperti Jepang dan Korea Selatan.