Ia adalah representasi dari sebuah generasi---Gen Z---yang tumbuh di bawah bayang-bayang algoritma media sosial, yang memahami bahwa eksistensi dan relevansi bukan hanya soal apa yang dilakukan, tapi juga bagaimana itu ditampilkan.
Selebrasi sebagai Pernyataan Visual
Duduk di kursi lipat bukanlah hal yang luar biasa. Siapa pun bisa melakukannya. Tapi, hari ini, konteks adalah segalanya.
Marselino memilih melakukannya di momen ketika sorotan kamera, perhatian tribun, dan pandangan dunia sepak bola Indonesia sedang terpusat kepadanya.
Dia memanfaatkan panggung itu untuk memberikan pesan visual yang, meskipun mungkin tanpa kata, berbicara dengan lantang.
Dalam pose itu, ia bukan hanya pemain muda berbakat yang mencetak dua gol untuk negaranya.
Ia adalah simbol seorang anak muda yang menunjukkan bahwa ia bisa tampil di panggung besar tanpa kehilangan kontrol.
Namun, apakah ini hanya tentang ekspresi individu? Tentu saja tidak. Sebuah perayaan seperti ini, di zaman sekarang, tidak pernah lepas dari konteks sosial dan budaya yang lebih besar.
Marselino, sadar atau tidak, sedang memanfaatkan perangkat simbolis yang sudah menjadi bagian dari bahasa visual generasinya.
Seperti yang dilakukan Cristiano Ronaldo dengan selebrasi khasnya, atau seperti ketika Kylian Mbappe dengan senyum santainya menyindir lawan, selebrasi Marselino juga adalah strategi komunikasi.
Ini adalah caranya berbicara kepada dunia tanpa harus mengucapkan satu kata pun. Pesannya jelas: "Saya tidak hanya di sini untuk bermain; saya ada di sini untuk mendominasi."