Tapi pada akhirnya, pesan campuran ini tak berhasil membangun momentum. Timnya hanya punya waktu tiga bulan lebih sedikit untuk mengenalkan dirinya kembali ke publik, dan itu terlalu pendek (CNN, 10/11/2024).
Sementara Harris terus mencoba menenangkan dan menyakinkan masyarakat, Trump justru menggunakan kebebasannya dari sistem untuk langsung menyentuh aspek emosional pendukungnya. Dia dan timnya tahu betul cara menembus kebiasaan audiens yang skeptis.Â
Trump menghabiskan lebih banyak waktu dengan figur-figur populer pria di media sosial, seperti komedian atau podcast yang berjiwa maskulin.Â
Podcast tiga jam bersama Joe Rogan, yang ditonton lebih dari 45 juta kali, menjadi momen emasnya untuk merangkul kaum pria muda, dari latar belakang Hispanik hingga Afrika-Amerika, yang merasa frustrasi dengan keadaan ekonomi dan ideologi sayap kiri yang dianggap berlebihan.
Harris, di sisi lain, mencoba membangun kekuatan dari kalangan perempuan, dengan kisah-kisah menyentuh tentang perempuan yang mengalami darurat medis di negara bagian yang memberlakukan larangan aborsi ketat.Â
Michelle Obama tampil penuh semangat untuk membela hak perempuan, bahkan ada inisiatif "catatan di kamar mandi" agar para istri mengingat bahwa suara mereka adalah rahasia. Julia Roberts merekam iklan yang menggugah perempuan untuk menggunakan suara mereka sebagai bentuk kebebasan terakhir.
Namun, Trump menolak melibatkan Nikki Haley, mantan pesaing utama dari Partai Republik, untuk merangkul suara perempuan. "Kalian tahu, tanpa masalah aborsi, perempuan itu menyukai saya," katanya ringan dalam wawancara di Fox News. Menurutnya, aborsi adalah isu yang sudah cukup berat bagi Harris tanpa perlu ia tangani (Fox News, 05/11/2024).
Langkah paling berani tim Trump mungkin muncul dalam iklan yang menyoroti dukungan Harris untuk penggunaan dana publik guna operasi transgender bagi tahanan. "Setiap tahanan transgender akan punya akses," ucap Harris dalam klip 2019 yang disertakan di iklan tersebut.Â
Iklan ini bisa dibilang mengejutkan, mengingat Trump sebetulnya memimpin pada isu ekonomi dan imigrasi yang menjadi fokus utama pemilu. Tapi pesan "Kamala mendukung mereka, Trump mendukung Anda" berhasil menggugah, menciptakan resonansi kuat di kalangan pendukungnya yang melihat isu transgender sebagai ancaman terhadap nilai-nilai konservatif (Politico, 07/11/2024).
Sejak awal, Trump memahami satu prinsip sederhana: bahwa suara kemarahan bisa menyatu dalam satu perasaan kolektif, dan bahwa perasaan kolektif itulah yang akan membuat perbedaan. Pendekatannya begitu bertolak belakang dari Harris, yang terlihat terbagi antara melawan Trump sebagai ancaman, atau mengabaikannya sebagai kelucuan.
Tentu, kampanye Trump tidak sepenuhnya "cermat." Setelah kalah di pemilu paruh waktu, Trump sempat berencana mengambil posisi tegas soal aborsi. Namun setelah para penasihat memperingatkan bahwa sikap pro-larangan nasional justru bisa merusak kampanyenya di negara-negara bagian yang penting, ia memutuskan untuk mengambil langkah yang lebih hati-hati.Â