Dalam pagi yang dingin di Akademi Militer Magelang, Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka tampil dalam seragam loreng Komponen Cadangan, mengikuti baris-berbaris bersama para menteri. Di mata publik, peristiwa ini bukan sekadar latihan fisik, melainkan simbol yang mendalam akan kepemimpinan kolektif, disiplin, dan keterlibatan penuh di pemerintahan.
Pertanyaanya, apakah disiplin militer ini, hanya simbol, atau bisa menanamkan nilai-nilai produktif ke dalam pola kerja pemerintah yang berhadapan dengan kompleksitas tantangan ekonomi, sosial, dan politik?
Banyak pihak yang melihat langkah Prabowo dan Gibran ini sebagai bagian dari sebuah "panggung politik," dan mereka punya alasan. Kehadiran lebih awal Prabowo menunjukkan disiplin yang menjadi teladan bagi kabinetnya, seolah menyatakan bahwa keberhasilan pemerintahan tidak datang dari kata-kata belaka, tetapi dari keteladanan.
Dalam politik, jarang ada sinyal yang bersifat kebetulan, dan dengan mengambil inisiatif ini, Prabowo ingin memosisikan dirinya sebagai sosok pemimpin berdisiplin tinggi yang siap menghadapi tantangan nyata. Namun, mengapa perlu simbolisme disiplin militer di kalangan pejabat tinggi pemerintahan, dan apakah dampaknya benar-benar substansial?
Baris-Berbaris Sebagai Gagasan Pemerintahan Terpadu
Baris-berbaris tidak hanya sekadar aktivitas fisik. Bagi Prabowo, ini menjadi metafora kuat tentang pemerintahan yang sinergis. Pemerintah yang ideal diharapkan dapat bergerak seirama dan berkomunikasi secara kohesif, layaknya satu regu barisan yang bekerja untuk tujuan bersama.
Di mata Prabowo, pemerintahan yang disiplin akan mampu menghadapi tantangan dan mempertahankan stabilitas. Akan tetapi, apakah konsep ini dapat terwujud dalam ruang rapat kabinet yang penuh dengan ragam kepentingan politik?
Baris-berbaris tersebut mungkin mencerminkan idealisme pemerintahan yang kooperatif, tetapi realitas politik tak pernah semudah itu. Kabinet Prabowo-Gibran masih harus menghadapi gesekan kepentingan yang tak bisa diredam oleh disiplin fisik saja.
Tantangan pemerintahan ke depan, termasuk ketidakpastian ekonomi global, kestabilan harga pangan, dan ketegangan sosial akibat polarisasi politik, memerlukan solusi inovatif yang melampaui rutinitas baris-berbaris.
Simbol Regenerasi Politik yang Tangguh
Kehadiran Gibran dalam latihan ini juga memberikan nuansa regenerasi politik yang kental. Sosok muda yang aktif berpartisipasi menunjukkan bahwa ia siap mengambil peran kepemimpinan.
Namun, yang lebih penting adalah bagaimana Gibran dapat menerjemahkan semangat kolaboratif ini ke dalam kepemimpinannya di masa depan. Bagi sebagian publik yang masih skeptis, Gibran mungkin dilihat sebagai politisi muda yang minim pengalaman. Namun, partisipasinya dalam kegiatan simbolis ini bisa menjadi penegasan bahwa ia bertekad untuk belajar dan mengembangkan peran aktifnya dalam pemerintahan.