Abdul Mu'ti harus memastikan bahwa pelatihan guru berbasis pada hasil nyata dan kebutuhan spesifik. Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan data dari alat ukur standar (seperti ujian nasional atau tes sejenis) untuk mengidentifikasi kelemahan siswa di berbagai daerah.
Dari situ, pelatihan guru harus difokuskan pada peningkatan kompetensi yang relevan dengan hasil tersebut. Sebagai contoh, jika di satu daerah ditemukan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam matematika, maka pelatihan guru di daerah tersebut harus difokuskan pada peningkatan kemampuan mengajar matematika, bukan sekadar pelatihan generik.
Teknologi dan Digitalisasi: Masalah atau Solusi?
Salah satu aspek dari Kurikulum Merdeka yang mendapatkan banyak perhatian adalah upaya untuk mendigitalisasi pendidikan.
Namun, sebagaimana dikemukakan oleh banyak pendidik, upaya ini sering kali tidak realistis di banyak daerah yang infrastruktur digitalnya masih jauh dari memadai. Di banyak wilayah terpencil, akses internet terbatas, dan ketersediaan perangkat teknologi yang memadai pun menjadi masalah (Viva.co.id, 11/10/2024).
Digitalisasi pendidikan memang merupakan langkah penting untuk masa depan, tetapi implementasinya harus lebih bertahap dan disesuaikan dengan kondisi lokal.
Daerah-daerah yang masih tertinggal harus difasilitasi terlebih dahulu dengan infrastruktur dasar sebelum bisa menerima tuntutan digitalisasi.
Abdul Mu'ti perlu memastikan bahwa kebijakan digitalisasi tidak dipaksakan seragam di seluruh Indonesia, tetapi diterapkan secara bertahap sesuai kesiapan masing-masing daerah.
Apa yang Harus Dilakukan Abdul Mu'ti?
Sebagai menteri baru, Abdul Mu'ti menghadapi tantangan besar untuk mengevaluasi dan memperbaiki Kurikulum Merdeka. Pertama, ia perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap implementasi kurikulum ini, dengan fokus pada kesenjangan antara daerah maju dan tertinggal.
Ia juga harus mempertimbangkan kembali pentingnya standarisasi evaluasi pendidikan untuk mengukur kualitas siswa dan guru di seluruh Indonesia. Selain itu, P5 harus lebih terukur dan terintegrasi secara alami ke dalam mata pelajaran akademis.
Pelatihan guru harus difokuskan pada hasil nyata dan kebutuhan spesifik, bukan sekadar pemenuhan standar administratif. Akhirnya, digitalisasi pendidikan harus diterapkan secara bertahap dan berdasarkan kesiapan daerah, agar tidak justru menjadi beban tambahan bagi sekolah-sekolah di wilayah tertinggal.
Dengan pendekatan yang lebih sistematis dan berbasis data, Abdul Mu'ti dapat memperbaiki kelemahan Kurikulum Merdeka dan mendorong sistem pendidikan Indonesia menuju masa depan yang lebih inklusif dan berkualitas.