Namun, di tengah arus globalisasi yang semakin kuat, santri menghadapi tantangan baru. Mereka harus bisa bersaing di dunia kerja yang menuntut keterampilan khusus dan kompetensi berbasis teknologi.
Revolusi industri 4.0 telah mengubah lanskap ekonomi global, di mana keterampilan digital menjadi kunci utama dalam mendapatkan peluang kerja yang lebih baik. Oleh karena itu, pesantren harus mulai mengintegrasikan kurikulum teknologi dan kewirausahaan untuk memastikan santri tetap kompetitif di pasar kerja global.
Adab dan Etika dalam Era Digital
Santri memiliki keunggulan lain yang patut diapresiasi, yaitu adab dan tata krama.
Dalam masyarakat yang semakin berorientasi pada materi dan prestasi individual, nilai-nilai kesopanan dan etika sosial yang diajarkan di pesantren menjadi sangat penting.Â
Santri dibesarkan dengan prinsip-prinsip hormat kepada guru dan sesama, menjaga sopan santun, serta menanamkan etos kerja yang jujur dan disiplin.
Namun, di era digital, nilai-nilai ini menghadapi tantangan besar. Budaya digital yang sering kali mengaburkan batas-batas etika dan adab sosial menjadi ancaman bagi kelestarian nilai-nilai ini.
Media sosial, misalnya, sering kali menjadi ruang di mana ujaran kebencian dan perilaku tidak etis berkembang pesat.Â
Santri, dengan latar belakang pendidikan moral yang kuat, memiliki tanggung jawab untuk menjadi agen perubahan di dunia digital, memastikan bahwa nilai-nilai etika tetap dijunjung tinggi di tengah perkembangan teknologi yang pesat.
Peluang dan Relevansi Santri dalam Pembangunan Bangsa
Peringatan Hari Santri tidak hanya menjadi pengingat akan peran penting santri dalam menjaga nilai-nilai tradisional, tetapi juga menjadi momen untuk melihat bagaimana santri dapat berperan lebih aktif dalam pembangunan bangsa.
Di tengah krisis sosial-ekonomi yang dihadapi Indonesia---mulai dari tingginya angka pengangguran hingga ketimpangan sosial---santri dapat menjadi solusi alternatif melalui etos kerja mereka yang mandiri dan berorientasi pada kemaslahatan umum.