Mohon tunggu...
Adib Abadi
Adib Abadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Eklektik.

Tertarik pada dunia buku, seni, dan budaya populer.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Antara Perpisahan dan Peralihan, Mengapa Momen Jokowi di Bandara Halim Lebih Bermakna dari Sekadar Kepergian?

20 Oktober 2024   14:20 Diperbarui: 20 Oktober 2024   14:20 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Minggu sore, 20 Oktober 2024, Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, menjadi saksi momen historis yang lebih dari sekadar seremoni perpisahan seorang presiden.

Joko Widodo, presiden ketujuh Indonesia, akan segera kembali ke Solo, menandai akhir dari dua periode kepemimpinannya.

Namun, kepergian ini tidak sekadar penutupan babak pemerintahan, melainkan juga simbol penting dari transisi kekuasaan yang berpotensi mengubah arah Indonesia di masa mendatang.

Simbolisme Perpisahan Jokowi

Dalam pandangan sosiologis, momen-momen seperti ini memiliki kekuatan simbolis yang mendalam. Bukan hanya tentang perpisahan seorang pemimpin dengan istana, tetapi juga tentang dinamika kekuasaan yang sedang bergeser.

Jokowi, dengan latar belakang sebagai "orang biasa" yang naik menjadi presiden, telah membangun citra kepemimpinan yang personal, dekat dengan rakyat, dan sederhana.

Momen perpisahannya di Bandara Halim bukanlah perpisahan biasa; ini adalah refleksi dari bagaimana struktur kekuasaan bisa mengubah individu, serta bagaimana individu tersebut memengaruhi struktur kekuasaan.

Dalam tradisi politik modern, cara seorang pemimpin meninggalkan kursi kekuasaan sering kali mencerminkan gaya kepemimpinan dan warisan yang ingin ditinggalkannya.

Sederhana, tanpa kemegahan yang berlebihan, Jokowi seolah ingin menegaskan bahwa ia tetap sama seperti saat memulai jabatannya, dekat dengan rakyat dan bersahaja.

Namun, lebih dari itu, kepergian Jokowi juga menjadi simbol dari "pergantian generasi" dalam politik Indonesia, di mana masa depan kepemimpinan akan diwarnai oleh tantangan baru dan tokoh-tokoh yang lebih muda.

Warisan Politik Jokowi: Antara Keberlanjutan dan Transformasi

Selama dua periode kepemimpinannya, Jokowi meninggalkan jejak yang signifikan. Pembangunan infrastruktur masif, program ekonomi, serta upaya reformasi birokrasi adalah beberapa pencapaiannya.

Namun, warisannya tidak hanya pada fisik proyek-proyek yang dibangunnya, tetapi juga pada bagaimana ia mengubah cara pandang masyarakat terhadap pemimpin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun