Mohon tunggu...
Adib Abadi
Adib Abadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Eklektik

Tertarik pada dunia buku, seni, dan budaya populer.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Apa Makna Kedatangan Pemimpin Dunia di Pelantikan Prabowo-Gibran?

20 Oktober 2024   10:43 Diperbarui: 20 Oktober 2024   16:46 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebaliknya, Indonesia tampaknya berupaya untuk menjaga hubungan baik dengan berbagai negara, termasuk kekuatan-kekuatan besar non-Barat.

Negosiasi Bilateral di Balik Pelantikan

Acara pelantikan presiden sering kali menjadi lebih dari sekadar seremonial. Di balik pintu tertutup, pertemuan bilateral yang tidak dipublikasikan sering kali berlangsung, membuka jalan bagi negosiasi diplomatik yang lebih substansial.

Kehadiran pemimpin dari Laos, Vietnam, Brunei, dan Timor Leste, misalnya, bisa diartikan sebagai sinyal bahwa Indonesia berusaha memperkuat hubungan di tingkat regional.

Asia Tenggara, sebagai kawasan yang sangat dinamis secara ekonomi dan politik, memegang peran penting dalam kebijakan luar negeri Indonesia. Negara-negara ASEAN seperti Laos, Vietnam, dan Brunei, yang hadir dalam pelantikan ini, menunjukkan bahwa Indonesia mungkin akan memainkan peran yang lebih aktif dalam mendorong integrasi ekonomi regional dan memperkuat solidaritas politik di kawasan tersebut.

Ini semakin relevan di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik di Laut China Selatan dan perebutan pengaruh antara kekuatan-kekuatan besar di kawasan tersebut.

Pandangan Tentang Diplomasi Indonesia

Pengamat politik internasional melihat kehadiran pemimpin dunia ini sebagai indikasi kuat bahwa Indonesia akan semakin mengambil peran proaktif dalam hubungan internasional.

Menurut Direktur Pusat Kajian Strategis Asia, Prof. Yudhoyono Wibisono, "Pelantikan ini bukan hanya simbol transisi kepemimpinan, tetapi juga panggung diplomasi di mana pergeseran aliansi dan kerjasama strategis baru sedang dibentuk" (Kompas.com, 20/10/2024).

Beberapa pengamat bahkan memperkirakan bahwa kehadiran pemimpin dari negara-negara kecil seperti Vanuatu dan Serbia mencerminkan minat Indonesia untuk memperluas pengaruhnya di luar kawasan Asia-Pasifik, ke arah yang lebih global.

Vanuatu, sebagai negara kepulauan kecil di Pasifik, memiliki hubungan historis yang kuat dengan Indonesia, terutama terkait isu Papua. Sementara itu, Serbia, yang memiliki hubungan diplomatik yang solid dengan Indonesia sejak era Perang Dingin, bisa menjadi mitra potensial dalam berbagai bidang seperti perdagangan dan pendidikan.

Potensi Pergeseran Aliansi

Diplomasi di era Prabowo-Gibran tampaknya akan semakin berfokus pada peningkatan hubungan bilateral yang pragmatis, di mana kepentingan ekonomi dan keamanan menjadi prioritas utama.

Seiring dengan makin menguatnya pengaruh China dan Rusia di kawasan, pertanyaan pentingnya adalah apakah Indonesia akan tetap berkomitmen pada politik luar negeri bebas aktif, atau akan bergeser ke arah yang lebih condong pada kekuatan-kekuatan tertentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun